Jakarta, sibernas.id – Ratusan ribu alumni Universitas Indonesia (UI) yang tersebar di seluruh daerah siap membantu dan bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam upaya percepatan penurunan stunting dan mengejar target prevalensi 14 persen pada 2024.
Saat ini ada sekitar ada 400 ribu alumnu UI yang tergabung dalam Ikatan Alumni UI (Iluni UI) yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia dan menduduki jabatan-jabatan strategis di swasta dan birokrasi.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Iluni UI periode 2022-2025 Didit Ratam saat audiensi dengan Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) di kantor BKKBN, Kamis (05/01/2023). Dalam audiensi itu, Didit menyampaikan alumni UI siap mendukung program percepatan penurunan stunting dengan target 14% pada 2024 mendatang.
“Karena stunting bukan hanya persoalan klinis tapi juga kemiskinan, sosiologi, psikologi, bagaimana impact yang terjadi pada orangtua yang anaknya mengalami stunting, ekonomi, perkawinan anak. Ini adalah hal-hal yang kita ingin kita lakukan di bawah naungan BKKBN sebagai pengampu stunting,” kata Didit.
Turut mendampingi Didit yakni Ketua Collaborative Action Center ILUNI UI Dewi Elina, Ketua Women Empowerment Center ILUNI UI Visna Vulovik dan Anggota Collaborative Action Center Fitri Anugrah Saputra.
Sementara itu, perwakilan BKKBN yang hadir diantaranya Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN RI, Prof. drh. M. Rizal Damanik, MRep.Sc. PhD, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN dr Victor Palimbong dan Direktur Avokasi dan Hubungan Antar Lembaga BKKBN Wahidah Paheng.
Didit menjelaskan, ada 400 ribu ILUNI UI yang tersebar di seluruh daerah Indonesia dan menduduki jabatan-jabatan strategis di swasta dan birokrasi.
Dengan jaringan yang luas tersebut, Didit berharap Iluni UI mampu memberikan sumbangsih untuk menciptakan generasi yang unggul menjelang bonus demografi melalui Collaborative Action Center ULUNI UI melalui pendekatan multi sektor dan multi pihak.
“Iluni UI sudah ada kerjasama dengan BKKBN Kepri. Sudah jalan bersama-sama mulai dari tambahan makan, kegiatan ekonomi, bapak asuh. Jadi sebetulnya itu buat kami template yang bagus yang bisa kita tularkan,” ungkapnya.
Untuk program ke depan, Didit pun meminta arahan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo terkait apa yang harus dilakukan Iluni UI untuk dapat membantu BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Kita sudah jalan ke tiga lokus stunting, yaitu Jawa Barat dan Banten serta beberapa daerah di DKI Jakarta,” ungkapnya.
Ketua ILUNI UI Didit Ratam pun berharap adanya kerjasama dengan BKKBN dalam kegiatan-kegiatan percepatan penurunan stunting tersebut dengan memberikan pedoman-pedoman kearifan lokal masing-maisng daerah agar program-program tersebut bisa tepat sasaran dan tepat guna.
“Tentunya ada kearifan lokal yang saya yakin BKKBN lebih paham. Karena misalnya ada juga minat dari teman-teman dari Sulawesi Tengah dan wilayah lain yang ingin ikut di dalam program penurunan stunting ini. Mereka juga berharap kepada pusat untuk memberikan guidance jadi harapan kami juga bahwa bisa bekerjasama dengan BKKBN yang bisa memberikan kami kearifan lokal masing-masing daerah. Karena masalah ekonomi dari tiap wilayah beda,” imbuhnya.
Audiensi Iluni UI terlaksana karena besarnya perhatian para pengurus untuk membantu Percepatan Penurunan Stunting (PPS) yang kini BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana PPS oleh Presiden RI Joko Widodo.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengucapkan terima kasih atas dukungan Iluni UI dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional. Hasto mengatakan, BKKBN sebagai koordinator percepatan penurunan stunting nasional bertugas untuk mengorkestrasi seluruh pihak agar tidak tumpang tindih dalam penanganan stunting.
Hasto pun berharap dengan hadirnya Iluni UI dapat mengisi kekosongan yang ada dalam penanganan stunting yang telah berjalan saat ini.
“Sehingga harus mencari feel of the gap, mana yang belum diisi orang. Kita berharap akademisi UI bisa menemukan konstruksi dari rantai stunting mana yang akan kita tusuk agar menberikan daya ungkit yang signifikan untuk turunkan stunting. Itu yang harus kita renungkan untuk kegiatannya termasuk lokasi,” kata Hasto.
Hasto menjelaskan, BKKBN memiliki sejumlah sasaran dalam penanganan stunting diantara remaja, calon pengantin (Catin), Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil dan melahirkan, serta baduta.
BKKBN sendiri, kata Hasto, memiliki sejumlah program pada setiap sasaran tersebut. Program terbaru adalah mengenai aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil atau Elsimil dan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).
Kedua program ini dinilai sangat efektif untuk mencegah stunting mulai dari hulu dengan penggunaan Elsimil tiga bulan sebelum menikah meliputi pemeriksaan kesehatan catin dan intervensi gizi kepada anak berisiko stunting melalui program BAAS.
“ILUNI UI yang tersebar di seluruh daerah ini bisa membantu lewat BAAS. Rp450 ribu per bulan cukup atau sehari satu telur aja kepada anak berisiko stunting itu bisa sangat membantu. Karena anak setelah dua tahun itu tidak bisa lagi terbentuk otaknya secara baik karena tulang kepalanya sudah menutup,” ucapnya.