Jakarta, sibernas.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K) mengajak Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia dan Mitra Veteriner Indonesia terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui pemenuhan protein hewani bagi anak-anak.
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia dalam waktu dekat akan membuat proyek peternakan ayam untuk memenuhi kebutuhan telur di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki prevalensi stunting tinggi.
Hal tersebut disampaikan Hasto Wardoyo saat menerima audiensi dari Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dan Perhimpunan Istri Dokter Hewan Indonesia – Mitra Veteriner Indonesia (PIDHI-MVI) di ruang rapat sekretariat stunting di kantor BKKBN di Jakarta, Rabu (01/02/2023).
Para pengurus Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) 2022-2026 yang hadir dalam audiensi tersebut dipimpin Ketua Umum Dr. Drh. Muhammad Munawaroh, M.M dan Sekretaris Jenderal Drh. Andi Wijanarko. Audiensi itu juga disertai Ketua Umum Persatuan Istri Dokter Hewan Indonesia-Mitra Veteriner Indonesia (PIDHI-MVI) Drh. Tri Isyani Tunggal Dewi, M. Si.
Menurut Hasto, protein hewani sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak, terutama pada fase 1000 hari pertama kehidupan (HPK), agar anak tidak stunting. Karena itu Hasto mengatakan PDHI memiliki peran dalam menyediakan protein hewani yang bersumber dari telur ayam dan ikan ini.
“Terima kasih atas kesediaan untuk membantu dan mendukung BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting. Perlu launching kampanye serentak, kalau bisa berupa perubahan mindset bahwa sangat penting konsumsi telur dan ikan. Cukup yang terjangkau tidak perlu ikan yang mahal namun juga pentingnya protein nabati seperti daun kelor sehingga harapannya bisa menjadi justifikasi pangan nasional. Protein hewani dikampanyekan menjadi variabilitas pangan baru,” kata Hasto.
Menurut Hasto, PDHI dan PIDHI-MVI juga bisa berperan menjadi Bapak Asuh Anak Stunting dengan memberikan satu telur setiap hari dalam jangka waktu tiga bulan.
“Mungkin bisa juga dengan membuat pilot project di NTT (Nusa Tenggara Timur) terkait hal tersebut karena telur di NTT masih dipasok dari Provinsi Jawa Timur,” kata Hasto.
Dalam audiensi, Hasto Wardoyo didampingi Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan Prof. drh. Muhammad Rizal M. Damanik, M.RepSc.,Ph.D. dan Program Manajer Stunting Nasional Ipin Z.H. Husni.
Sementara itu dalam paparannya, Ketua PDHI Muhammad Munawaroh mengatakan pihaknya akan mendukung BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Kita sarankan bahwa daerah dengan stunting tinggi untuk memelihara ayam namun telurnya tidak dijual namun dikonsumsi atau diberikan ayam siap telur. Semisal BKKBN ada program di NTT kami coba menggerakkan dengan memberikan ayam. Program ini agar ada kontinyuitas,” kata Munawaroh.
Menurut Munawaroh, PDHI memiliki 20.000 anggota yang terdapat di database di 56 cabang seluruh Indonesia.
Para anggota PDHI ini siap memberikan kontribusi nyata dengan kolaborasi dan sinergi menurunkan stunting. Munawaroh juga menyebutkan kolaborasi dengan industri peternakan seperti telur, ikan, dan susu. PDHI menurut Munawaroh akan turut mengkampanyekan pentingnya protein hewani sehingga brand awareness telur meningkat.