Jubir Pemerintah: Berhenti Berikan Obat Sirop di Rumah Cegah Gangguan Ginjal Anak

  • Bagikan

Jakarta, sibernas.id – Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro meminta semua orang tua untuk berhenti memberikan obat sirop yang masih tersisa di rumah untuk mencegah terjadinya gangguan ginjal akut pada anak.

“Karena ada kejadian seperti ini, maka sebaiknya kita juga harus mengikuti imbauan dari Kementerian Kesehatan untuk menghentikan pemakaian obat sirop sementara,” kata Reisa dalam Siaran Sehat Perkembangan Penanganan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Reisa menekankan pemakaian beragam obat saat ini, harus diperhatikan dengan lebih seksama. Diharapkan orang tua berkonsultasi kepada dokter keluarga, bila memang benar-benar memerlukan obat pada anak ketika jatuh sakit.

Selain itu, orang tua juga harus terus mengikuti perkembangan terbaru dari gangguan ginjal akut utamanya terkait merek obat yang boleh atau tidak untuk dikonsumsi.

Reisa juga meminta orang tua untuk mewaspadai kondisi anak, ketika frekuensi dan jumlah urine pada anak berkurang secara tiba-tiba, termasuk apakah warna urine berubah dari yang berwarna putih bening pucat menjadi lebih pekat menuju kuning kecoklatan.

Ia menjelaskan, tanda-tanda itu merupakan gejala awal kemungkinan anak sudah mengalami kekurangan cairan tubuh.

“Kalau sudah berkurang frekuensi dan jumlah urine tersebut, anak harus dirujuk ke rumah sakit karena memang gejala berat pada pasien gagal ginjal akut ini paling sering ditemukan adanya di adalah intensitas buang air kecilnya berkurang atau kalau sudah parah tidak keluar sama sekali. Ini harus diwaspadai,” kata Reisa.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril menyatakan meski tubuh anak semula memiliki pertahanan yang bagus saat sakit, pemberian obat sirop secara terus menerus dapat menyebabkan penyakit lain.

“Sekarang bijaknya adalah semua obat sirop yang ada di rumah apalagi yang sudah digunakan, itu buang saja. Sekarang jangan sampai lagi menyetok-nyetok obat sisa apalagi sampai berbulan-bulan,” ujar Syahril.

​​​Syahril mengingatkan bahwa adanya gagal ginjal akut pada anak, dapat dijadikan pelajaran bagi semua orang tua untuk tidak asal atau segera memberikan obat pada anak ketika sakit. Batuk dan demam misalnya, itu merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan virus.

Dibandingkan memberikan obat, disarankan orang tua dapat mengompres anak dengan air hangat di bagian ketiak, selangkangan maupun leher. Berikan anak minum air putih yang banyak dan istirahat yang cukup.

“Jadi jangan khawatir dan jangan panik dulu. Selama dia tidak menimbulkan gejala tadi, maka dibiarkan saja. Mudah-mudahan apa yang sudah diminum oleh anak ini memang dapat dinetralisir. Kalau ibu-ibu khawatir kemudian memang ada gejala, segera dibawa ke dokter anak,” ujar dia.

Syahril juga mengatakan bahwa masyarakat harus terus mengikuti perkembangan terkini terkait gangguan ginjal akut dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya terkait dengan berita benar perihal 133 macam obat yang diumumkan BPOM dapat dikonsumsi kembali.

“Ke depan akan diumumkan lagi mana obat yang boleh dan tidak boleh diedarkan karena berbahaya. Pastikan juga sumber berita dari BPOM dan Kemenkes. Jangan lagi ada berita-berita yang bukan dari kami sehingga membuat masyarakat bingung dan panik,” katanya.

 

  • Bagikan