Kendari, Sibernas.id – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), La Ode Lawama SH, meminta agar oraganisasi perangkat daerah (OPD) terkait diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB untuk terus memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat tentang stunting.
“Hal ini dilakukan agar kasus stunting di Kendari yang tinggi ini bisa ditekan dan dicegah. Berdasarkan data hasil Survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka prevalensi Stunting di Jatim mencapai angka 25,7 persen. Padahal angka prevalensi stunting nasional hanya sebesar 21,5 persen,” kata Lawama di Kendari, di Kendari, Rabu (15/5/24).
Kalau melihat data tersebut kata Lawama, sangat jelas bahwa jumlah stunting di Kendari masih cukup besar karena berada di atas rata-rata nasional. Tetapi, angka prevalensi stunting Kota kendari masih dibawah dari rata0rata Stunting Sultra yang mencapai 30 persen berdasarkan data SKI 2023.
“Oleh karena itu perlu dilakukan pendalaman dan pengkajian untuk mencari titik permasalahan kasus tinggi badan anak terlalu pendek dibanding tinggi badan anak-anak seusianya,” katanya.
Menurut dia, harusnya Posyandu bergerak lebih aktif. Jadi, mulai ibu mengandung sampai bayi berumur 2 tahun harus sudah mendapat perhatian tentang pertumbuhannya,
Dijelaskan, kasus stunting di Kendari ditenggarai salah satu faktor utamanya adalah kekurangan asupan gizi. Disamping itu juga masih kurangnya pemahaman masyarakat akan nilai gizi kepada balita.
“Faktor utama stunting adalah kekurangan asupan gizi. Pemahaman masyarakat akan nilai gizi balita juga masih kurang,” katanya.
Sementara itu, Pj Wali Kota kendari, Muhammad Yusup, mengatakan pemerintah Kota Kendari melalui dinas terkait telah melakukan intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
Ia juga mengatakan bahwa pihaknya memaksimalkan gerakan orang tua asuh atasi stunting guna mewujudkan Kendari bebas zero stunting.
Muhammad Yusup yakin, melalui program pemerintah menjadi orang tua asuh bagi yang terkena stunting ini bisa menurunkan angka stunting di Kota Kendari.
“Alhamdulillah kita sudah melakukan intervensi, intervensi ini berupa pemberian makanan yang bergizi buat anak-anak, ibu hamil dan perbaikan lingkungannya,” ujar Pj Wali Kota.
Selain itu, dia juga mengharapkan, kepada dinas terkait agar bisa melakukan pengawasan langsung terkait pengecekan terhadap penanganan anak-anak yang terkena stunting dan ibu hamil.
“Kita harapkan dinas terkait bisa melakukan pengecekan secara langsung itu seminggu sekali terkait perkembangan dari anak-anak yang terkena stunting maupun ibu hamil,” harapnya.
Disebutkan, data dari dinas terkait pada tahun 2023 total yang ditangani Pemerintah Kota Kendari sebanyak 212 yang terdiri dari 107 Ibu Hamil (Bumil) Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan 105 Baduta Stunting.
“Dari 107 Bumil KEK syukur Alhamdulillah semuanya sudah melahirkan dan bayi nya dalam keadaan normal dan untuk Baduta Stunting dari 105 itu 60 sudah normal dan 45 masih tetap di dampingi,” ujarnya.
Selain itu kata Muhammad Yusup, di tahun 2024 ini melalui Dinas Kesehatan sudah menyiapkan sebanyak 103 Baduta Stunting dan 73 Bumil KEK.
Muhammad Yusup juga menekankan, agar edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terus digalakkan khususnya pada pemahaman mengenai pentingnya makanan bergizi untuk Balita, ibu hamil dan calon pengantin. Sebab kasus stunting atau gagal tumbuh ini berkaitan erat dengan pola konsumsi masyarakat.(adv)