Kendari, Sibernas.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi yang rutin diadakan setiap minggu melalui Zoom Meeting, diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI),
Rakor ini dilaksanakan di Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Provinsi Sultra dan dipimpin langsung oleh Mendagri Tito Karnavian, dengan partisipasi narasumber dari kementerian dan lembaga terkait seperti Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Bambang Wisnubroto serta pejabat lainnya.
Turut hadir dari Jajaran Pemprov Sultra yakni Karo Perekonomian, BPS, Bulog, Dinas Ketapang, Dinas Perdagangan serta Dinas terkait lainnya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian, menginstruksikan seluruh pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kenaikan inflasi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024.
Dalam pernyataannya, Mendagri menyebutkan adanya indikasi kenaikan harga di beberapa daerah yang dipicu oleh berbagai faktor menjelang Pilkada.
“Salah satu yang perlu diwaspadai saat ini, mulai merangkak naik di beberapa daerah, karena adanya instrumen jelang Pilkada,” ujar Tito.
Lebih lanjut, Tito menuturkan bahwa peningkatan harga komoditas pangan sudah pernah terjadi menjelang pemilihan legislatif (Pileg) 2024, di mana harga beras mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan.
“Dulu pernah terjadi dua minggu menjelang Pileg, kelangkaan beras, ini terjadi karena ada yang memborong beras-beras. Nah ini hati-hati menjelang Pilkada,” tambahnya.
Mendagri juga menegaskan bahwa pemerintah daerah harus proaktif dalam memantau harga, stok pangan, dan distribusi bahan pokok di wilayah masing-masing untuk mengantisipasi potensi kelangkaan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah mengadakan operasi pasar guna menjaga stabilitas harga.
“Untuk itu, perlu ada upaya, saya minta kepala daerah mengecek ke Bulog dan pasar, ketersediaan barangnya. Jangan sampai, nanti stok barang habis dan terjadi kelangkaan,” tegasnya.
Lebih jauh, Tito mengingatkan para kepala daerah untuk berperan aktif dalam pengendalian inflasi karena dampaknya langsung pada kesejahteraan masyarakat.
“Dulu, tidak banyak kepala daerah yang memahami persoalan inflasi, tapi sekarang mereka sudah dilibatkan langsung dan mengerti,” ujarnya.
Kemendagri juga mendorong kebijakan inflasi berbasis kondisi lokal di setiap daerah, termasuk penguatan sektor pertanian, peningkatan distribusi pangan, serta pengawasan harga di pasar tradisional. Tito berharap pemahaman terkait inflasi juga menjadi perhatian bagi calon kepala daerah yang akan terpilih dalam Pilkada 2024, agar siap menjaga kestabilan harga di wilayah masing-masing.
Pada Oktober 2024, tercatat inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,71 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada pada angka 106,01.
Secara bulanan, tingkat inflasi month to month (m-to-m) untuk Oktober 2024 mencapai 0,08 persen, sementara tingkat inflasi year to date (y-to-d) sampai Oktober 2024 tercatat sebesar 0,82 persen.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa deflasi pada sektor transportasi di bulan Oktober 2024 dipicu oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang dilakukan oleh Pertamina. Harga Pertamax tercatat turun sebesar 800 hingga 900 rupiah atau sekitar 6-7 persen. Pertamax Turbo turun 1.200 hingga 1.250 rupiah atau sekitar 8-9 persen, sedangkan Dexlite mengalami penurunan sebesar 1.200 hingga 1.450 rupiah atau sekitar 9-10 persen. Pertamina Dex juga turun sekitar 9-10 persen.
Di sisi lain, kelompok makanan dan minuman mengalami inflasi yang didorong oleh penurunan produksi bawang merah pada Oktober 2024. Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga memberikan andil inflasi, terutama akibat tren kenaikan harga emas dunia.
Komoditas yang dominan memberi andil terhadap inflasi Oktober 2024 secara month-to-month adalah emas perhiasan, daging ayam ras, dan bawang merah. Sementara secara year-on-year, komoditas emas perhiasan, beras, dan sigaret kretek mesin (SKM) menjadi penyumbang utama inflasi Oktober 2024.
Menurut wilayah, inflasi month-to-month Oktober 2024 tercatat di sebagian besar provinsi, dengan 28 provinsi mengalami inflasi dan 10 provinsi mengalami deflasi.