Kendari, sibernas.id – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti rapat koordinasi (rakor) pengendalian Inflasi daerah bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia melalui Zoom Meeting dilaksanakan di Aula Merah Putih Rujab Gubernur Sultra Senin, 13 Februari 2023.
Acara yang dipimpin Kemendagri RI Tito Karnavian, dihadiri sejumlah Pejabat diantaranya Kementerian Pertanian I Ketut Kariyada, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (Kemendag) Dr. Kasan, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa M. Habibullah, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitasi Pangan I Gusti Ketut Astawa, Tata Usaha Negara (Jamdatun) Kejaksaan RI Feri Wibisono, Kasatgas Pangan Polri BJP. Whisnu Hermawan Februanto, Kepala Staf Umum TNI (Kasum TNI) Letnan Jenderal TNI Bambang Ismawan, Pejabat Gubernur Papua Pengunungan serta Sekda, dan para Gubernur, Bupati, Walikota Se-Indonesia, Para Forkopimda seluruh Indonesia, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Se-Provinsi, dan semua Stekholder yang terkait pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, dari Jajaran Pemerintah Provinsi Sultra yang turut hadir Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sultra Hj Yuni Nurmalawati, Biro Perekonomian Provinsi Sultra Iwan Susanto, dan Perwakilan BI Sultra Rangga Widyatama, Selain itu hadir juga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra Hj. Trinop Tijasari, Disperindag Sultra Windi Dianovita, Kepala Staf Korem (Kasrem) 143/Ho Ari P. Sakti , Kepala Seksi Teritorial (Kasi Ter) Korem 143/Ho Kolonel Inf Nanang, dan Sekdis Tanaman Pangan Sultra Ari Sismanto, serta beberapa pejabat terkait.
Mengawali Rakor tersebut, Mendagri Tito Karnavian mengatakan hasil Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan tren yang sangat baik yaitu diawal Januari angkah inflasi mencapai 5,28%,
“Hal itu berkat kerja sama pusat dan daerah serta Presiden RI menyampaikan apresiasi atas kerja-kerja yang dilakukan pemerintahan di daerah, saat berkunjung disejumlah daerah akan mengecek langsung harga-harga ke pasar. Presiden sangat paham harga beras premium misalnya hapal dengan harga cabai, bawang merah, telur, ayam ras, dan daging sapi dan Bapak Presiden berkunjung disejumlah sejumlah daerah Pertama, di Sumatra Utara (Medan) khususnya memantau harga-harga yang relative terkendali dan juga ketersediaan barang pangan relative baik Kedua, Kunjungan kerja ke Kota lhokseumawe Provinsi Aceh untuk mengecek harga cabai, beras, minyak goreng dan harganya relative stabil di angkah 4,98%,”terangnya.
Sementara itu, dalam paparan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa M. Habibullah menyampaikan secara nasional, kenaikan harga tertinggi terjadi di Kota Solok, Sumatera Barat dengan nilai Iph 7,25.
“Sedangkan penurunan harga tertinggi terjadi di Kabupaten Serem bagian Barat, Maluku dengan nilai Iph 6,78%. Kita lihat komoditas beras ada 18 provinsi yang mengalami kenaikan harga, bawang merah 13 provinsi dan minyak goreng di 11 provinsi serta level kabupaten/kota untuk beras menyumbang kenaikan harga di 147 kabupaten/kota, bawang merah di 130 kabupaten/kota dan minyak goreng 105 Kabupaten/Kota,”ungkapnya.
Lanjutnya, cabai merah merupakan komoditas yang fluktuasi harganya cukup signifikan selama minggu ke-2 Februari 2023, terjadi di 101 Kabupaten/Kota,11 provinsi di Indonesia.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitasi Pangan I Gusti Ketut Astawa menambahkan bahwa potensi pangan yang perlu diwaspadai yaitu pertama beras premium dan beras medium sudah di atas harga eceran tertinggi walaupun beras premium yang rata-rata diposisi Rp 12.800 per kg, sementara beras medium masih tinggi dengan harga Rp. 11.660 per kg.
“Secara nasional yang menjadi tugas kita semua melakukan pengendalian harga agar turun artinya terkoreksi dengan harga ditingkat masyarakat bisa kita kendalikan, Kedua harga minyak goreng curah dan minyak kita mengalami kenaikan di bulan Desember, dimana kenaikan disebabkan oleh permintaan yang cukup tinggi dan upaya mitigasi pemerintah memaksimalkan penyaluran DMO baik dalam bentuk curah maupun kemasan utamanya dalam menjaga pasokan minyak goreng menjelang puasa dan lebaran, Ketiga gula pasir konsumsi dengan harga eceran nasional Rp 14.382 kg,”ungkapnya.
Ia menambahkan, langkah yang dilakukan pemerintah pusat menyiapkan cadangan yang sebesar 1,5 juta ton dari berbagai sumber termaksud juga akan mengoptimalisasikan produksi gula pasir dan komoditas yang mengalami penurunan yaitu telur ayam ras dan daging ayam ras dan komoditas yang relative stabil yaitu daging sapi.
Sementara itu, Kasatgas Pangan Polri Whisnu Hermawan Februanto, menyampaikan ada dua hal kondisi komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga sebagai berikut,
Pertama, kata dia komoditas minyak goreng minyak mengalami kenaikan harga 7,80% dari bulan lalu Rp 14.100/lt menjadi Rp 15.200/Lt dengan HET Rp 14.000/lt.
“Kenaikan harga minyak kita saat ini diindikasikan karena permintaan yang cukup tinggi dan perlambatan distribusi pasokan DMO minyak goreng, stock indikatif minyak goreng rakyat 629,16 ribu ton dengan kebutuhan masyarakat 422 ribu ton/bulan untuk ketahanan stok saat ini cukup untuk ± 1,49 bulan,”katanya,
Kedua, sambutannya, komoditas beras medium mengalami kenaikan harga 3,54% dari bulan lalu Rp. 11.300/kg harga rata-rata nasional beras medium saat ini Rp 11.700/kg, dengan HET Rp. 9.450/kg, stock indikatif kebutuhan masyarakat 112 ribu ton/bulan untuk ketahanan stock saat ini cukup untuk ± 4,4 bulan.
Dikesempatan itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sultra Hj Yuni Nurmalawati mengatakan, pengurus TPID dan para kepala OPD untuk meneruskan arahan Presiden RI dan Kemendagri kepada bapak Gubernur sebagai ketua TPID agar kegiatan TPID rutin tiap hari Senin dilaksanakan secara zoom oleh Kemendagri tentang rakor pengendalian inflasi agar disampaikan kepada Gubernur.
Dan membuat laporan sekretariat TPID atau biro ekonomi ada beberapa catatan sesuai dengan perkembangan inflasi Sulawesi Tenggara dapat dilaporkan bahwa inflasi Sultra saat ini 6,57% atau turun dibandingkan bulan desember kemarin sebesar 7,39% artinya inflasi 0,29% ini dipantau oleh dua kota di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari 6, 54 % atau deflasi 0,23%, Kota Bau-Bau 6,66% atau deflasi 0,44%.
Untuk pertumbuhan ekonomi di Sultra berada diangka 5,30% dan komoditas penyumbang inflasi tercatat antara lain beras, rokok, sayur bayam, bahan bakar rumah tanggah gas, serta sektor perikanan yaitu ikan kembung,”tutupnya.