Perjalanan Panjang Penuh Liku Seorang Dokter Hasto di Tanah Leluhur Pulau Timor

  • Bagikan

Kupang, sibernas.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dokter Hasto, melakukan kunjungan kerja ke Pulau Timor hingga ke batas negara Timor Leste, beberapa hari lalu.

Tak sedikit pun terdengar dokter Hasto mengeluh. Yang terlihat justru ia sangat antusias meski harus melakukan perjalanan panjang  mengelilingi Pulau Timor, dari Kota Kupang hingga Kabupaten Malaka, yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.

Satu tujuannya, demi menggaungkan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan penanganan stunting.

Lika-liku perjalanan dengan topografi bukit dan pegunungan di Pulau Timor yang bakal menghadang  tidak mematahkan semangat dokter Hasto untuk tetap menempuh perjalanan darat yang menghabiskan waktu berjam-jam.

Dengan menggunakan penerbangan dini hari dari Jakarta, dokter Hasto tiba di Kota Kupang dengan selamat pada pukul 06.00 Wita. selanjutnya dokter Hasto, bersama rombongan, langsung menuju Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dengan menempuh perjalanan darat selama dua jam.  Tikungan-tikungan tajam, hutan tropis Pulau Timor dibabatnya bersama sang ‘driver’, sembari pandangan matanya yang tak pernah lepas mengagumi  keindahan alam yang begitu memesona.

Senyumnya kerap lepas saat menjumpai masyarakat yang menyapanya di pinggir jalan. Beberapa pejabat setempat pun ditemuinya. Tiba di Kabupaten TTS,  dokter Hasto menyampaikan optimismenya atas pelaksanaan program Bangga Kencana dan penurunan  stunting di wilayah yang dikunjunginya itu.

Berdasarkan SSGI 2022, diketahui  TTS merupakan kabupaten dengan jumlah kasus stunting tertinggi di Indonesia. Karena itu, mendaratlah dokter Hasto di kabupaten ini. Memotivasi seraya menyatakan keyakinannya bahwa masalah stunting di TTS bakal turun jika semua pihak bekerjasama  menanganinya.

Rasa optimistis Kepala BKKBN  itu didasarkan pada kenyataan banyaknya pangan lokal yang tersedia di Kabupaten TTS. Hal ini disampaikannya saat acara  Sosialisasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra di halaman kantor Bupati TTS, Rabu (20/3/2024).

“Angka stunting di Kabupaten TTS memang tinggi, tetapi jangan pesimis karena sumber makanan di NTT melimpah,” ujarnya menyemangati warga di sana.

Ia pun berujar bahwa  jumlah anak banyak yang dimiliki keluarga berpotensi memunculkan generasi stunting pada keluarga itu.   Apalagi masalah asupan gizi bagi anak dan ibu hamil tidak menjadi prioritas.

Berdasarkan hitungan cepat dokter Hasto, diketahui setiap 1.000 ibu hamil, ada 22 anak  TTS berpeluang stunting. Untuk meminimalisir angka stunting, perlu KB. Bila program KB berjalan optimal, dokter Hasto menjamin  stunting akan turun. “Kita harus optimis, karena ada sumber daya pangan tinggi dan didukung pelayanan KB yang tinggi,” tegasnya.

Untuk itu, dia mengajak pemerintah, kepala desa, petugas hingga  Penyuluh KB bekerja keras menurunkan stunting. “Mari, kita kerja sama, karena dengan KB ditingkatkan dan makanannya ditambahkan (bergizi), maka stunting akan turun,” jelasnya.

Ternyata, kendala yang dihadapi TTS berpulang pada ketersediaan SDM. Pejabat Sekda, Yohanes Lakapu, mengeluhkan kalau tenaga Penyuluh KB, baik PNS maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), di Kabupaten TTS sangat kurang. Menjadi salah satu faktor tidak maksimalnya  program Bangga Kencana digelindingkan.

Setidaknya 32 kecamatan dan 266 desa/kelurahan menghampar di bumi TTS. Ironisnya,  jumlah tenaga penyuluh hanya 38 orang. “Kami berharap perekrutan tenaga penyuluh di Kabupaten TTS dapat diperjuangkan. Sehingga mereka bisa membantu pemerintah daerah menggaungkan program sampai ke pelosok desa.”

Tak ingin kehilangan momentum, dokter Hasto langsung menanggapi dengan sebuah janji. “Saya berjanji untuk memperjuangkan kuota PPPK dan PNS di BKKBN untuk Kabupaten TTS sebagai salah satu strategi percepatan penurunan stunting.”

Masih di lokasi yang sama, di hari yang sama pula, dokter Hasto melakukan peninjauan pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan  Metode Operasi Pria (MOP) dan pemasangan implan MKJP di klinik Ume Manekan So’e. “Saya berdoa semoga Kabupaten TTS semakin sejahtera,” pungkasnya.

Kefamenanu

Tak berhenti di Kabupaten TTS, dokter Hasto bersama rombongan kembali menempuh perjalanan sekitar dua jam lagi untuk sampai di Kefamenanu, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara. Tiba di Kefa dengan raga yang masih bugar dan wajah ditaburi senyum, dokter Hasto disambut  rekan-rekan Penyuluh KB. Tak berapa lama, dokter Hasto pun langsung menuju kantor Dinas PPKB. Di situ ia  membina dan berdiskusi lepas  bersama ujung tombak program KB di lapangan yang tiada lain adalah para Penyuluh KB (PKB/PLKB).

Sama dari sebelumnya, dokter Hasto juga melakukan peninjauan pelayanan MKJP di Puskesmas Kota Kefamenanu. Uniknya, dokter Hasto terlibat langsung dalam  pemasangan implan kepada salah satu akseptor.

Dalam perjalanan menuju Akademi Kebidanan (AKbid)Sta Elisabeth Kefamenanu, dokter Hasto menyempatkan diri mengunjungi keluarga risiko stunting (KRS). Berbagi kasih,  ‘Komandan Stunting’ itu memberikan bantuan telur dan beras.

Bergegas ke lokus lain, dokter Hasto memberikan Kuliah Umum kepada sekitar 300 mahasiswi Akademi Kebidanan  Sta Elisabeth Kefamenanu, Rabu (20/3/2024). Dalam materinya ‘Keluarga Berkualitas Kunci Sukses Menuju Indonesia Emas 2045’, Kepala BKKBN menantang para Mahasiswi Akbid Sta Elisabeth Kefamenanu untuk merencanakan kehamilan secara baik.

Ia mengatakan seluruh masyarakat, termasuk mahasiswi, harus berjuang bersama agar Indonesia mampu mencapai target Indonesia Emas di tahun 2045.

Merencanakan kehamilan menjadi salah satu cara mengurangi angka stunting dan melahirkan generasi emas Indonesia yang sehat.

Setelah memberikan kuliah umum, Kepala BKKBN menuju rumah jabatan Bupati untuk melaksanakan buka puasa bersama. Selanjutnya melakukan perjalanan ke Kabupaten Belu selama 2 jam perjalanan.

● Belu & Malaka

Di Belu, Kamis (21/03/2024), dokter Hasto melakukan pertemuan. dengan Bupati Belu, sekaligus meninjau  Pelayanan KB MKJP dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat). Lokus berada di Kecamatan Atambua Selatan.

Usai berkunjung di Belu, dokter Hasto tetap antusias mengunjungi perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Kabupaten Malaka. Walau sesungguhnya perjalanan ke sana tidak mudah ditempuh. Maklum, selain sempit dan rusak, rombongan juga dihadang cuaca yang tidak bersahabat, di mana  sewaktu-waktu langit bisa murka memuntahkan berton-ton air.

Perjalanan cukup berisiko itu tak menggentarkan niat dokter Hasto untuk bisa bertemu  masyarakat di Kabupaten Malaka. Memang tidak mudah bagi dokter Hasto dan rombongan untuk bisa sampai ke Malaka. Mengapa? Karena dari Kota Kupang menyusuri jalan darat menuju Kabupaten Belu ditempuh dalam waktu sekitar delapan jam.

Tentu ini menguras energi. Belum lagi  kegiatan di dua kabupaten yang sebelumnya  sudah dirambah oleh dokter Hasto. Tetapi pria kelahiran Kabupaten Kulon  Progo, DI Yogyakarta ini, tak berkehendak surut. Ia  paham betul apa yang telah dimulai harus diselesaikan dengan indah meski jalan yang dilalui penuh tantangan.

Sama halnya masalah stunting, dokter spesialis kandungan dan kebidanan ini tak mau menunggu lebih lama untuk dituntaskan. Ia pun datang ke sana untuk mengajak semua masyarakat di Pulau Timor untuk mengetahui  dan berjuang bersama menuntaskan masalah stunting.

Stunting memang bukan semata tanggungjawab pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Bisa jadi,  itulah yang memotivasi dokter Hasto untuk tetap menikmati perjalanan dengan segala risiko dan tantangan.

Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam, dokter hasto dan rombongan tiba di Kabupaten Malaka dan langsung menuju perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Kembalinya dari perbatasan Motamasin, dokter Hasto dan rombongan langsung menuju kantor Bupati Malaka. Di sini, dokter Hasto  memberikan sosialisasi program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting melalui kegiatan ‘Gerai Pelayanan Khusus’.

Setelah melaksanakan kegiatan di kantor Bupati, suami dari dr. Dwikisworo Setyowireni ini,  mengunjungi Keluarga Risiko Stunting di Malaka. Hujan lebat mewarnai kunjungan. Namun tak sedikit pun keluhan keluar dari dokter Hasto. Yang ada hanya tebaran  senyum, seolah menandai dan menyemangati warga di sana bawa mereka ‘bisa berbuat’.

Sekali lagi bantuan mengucur saat dokter Hasto bertandang dan bertemu  KRS. Telur dan beras, bentuk bantuan itu.

Mengakhiri perjalanan panjang itu,  dokter Hasto dan rombongan selanjutnya kembali  menuju Kota Kupang melalui jalur lingkar selatan Malaka, Kolbano, Bena hingga Kota Kupang. Tentu juga melewati Batu Putih, batas Kabupaten TTS dan Kabupaten Kupang.

Perjalanan ini sungguh luar biasa dan ‘dramatis’. Betapa tidak, kondisi topografi yang dilalui rombongan  bisa dikatakan ekstrim, jalan yang tak mudah, rusak, berkelok-kelok melewati hutan, sawah, pantai, pegunungan dan tebing.

Rombongan juga harus ekstra hati-hati melalui jalur tebing dengan  batu-batu lepas di sepanjang jalan, di mana sewaktu-waktu batu-batu besar itu bisa saja bergelinding ke arah rombongan.

Niat baik dokter Hasto untuk menggaungkan stunting di seluruh Pulau Timor memang tidak mudah. Namun tanah leluhur benar-benar mendukung perjalanannya, sehingga rombongan bisa tiba di Kupang dengan selamat. Semoga NTT terbebas dari stunting.

  • Bagikan