Buton, Sibernas.id – Perjalanan “turun gunung” yang dilakukan Tim Penurunan Angka Stunting dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Kali ini (14/6/24) mereka hadir di aula Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton.
Rombongan yang dipimpin langsung Kepala Dinas P3APPKB Prov. Sultra, Abdul Rahim, tersebut menggelar kegiatan Fasilitasi Pembimbingan Penguatan dan Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dengan menghadirkan 4 nara sumber masing-masing: Dr.H.Mustakim,M.Si dari Perwakilan BKKBN Prov. Sultra; Kadis Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Buton, Sarnia, SKM,MPH; Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan, Emil, SKM,M.Kes; serta Kadis DP3APPKB Prov. Sultra sendiri.
Saat memberikan sambutan sebelum membuka kegiatan, Kadis P3APPKB Sultra menegaskan bahwa fokus pertemuan tersebut pada dasarnya adalah melakukan Sosialisasi dan Advokasi KIE tentang stunting. Apa penyebab stunting? Apa risiko dan akibatnya jika kena stunting? Bagaimana mencegah agar tidak terjadi stunting? Apa stunting bisa diobati, bagaimana mengobatinya? Nah, perranyaan-perranyaan ini akan lebih dijelaskan oleh para pakar yang sudah ada di depan bapak/ibu sekalian.”
Beliau pun memperkenalkan satu-persatu ketiga pemateri lain selain dirinya.
“Bapak/ibu jangan segan-segan bertanya. Rugi kalau nanti saat diskusi tidak menyampaikan pertanyaan kepada para pakar ini!” Sambil menunjuk ke arah pemateri lainnya.
Kadis P3APPKB pun kembali menyampaikan pertanyaan kepada para peserta: “Apakah ibu-ibu ingin anaknya sakit-sakitan? Apakah ibu-ibu ingin anaknya bodoh?”
Pertanyaan tersebut dijawab “tidak!” secara serentak oleh seluruh yang hadir.
Selain kepada seluruh peserta yang sebagian besar adalah perempuan yang terdiri dari para calon pengantin, ibu-ibu hamil, ibu-ibu menyusui dan ibu pemilik balita,
Pertanyaan juga disampaikan khusus kepada seluruh kepala desa/kelurahan yang juga hadir di tempat itu “Apakah siap para Kepala Desa untuk menurunkan angka stunting? Apakah para Kepala Desa siap agar di Kecamatan Kapontori angka stuntingnya nol atau zero growt stunting?”
Semua kepala desa yang hadir serempak menjawab “siap!”
“Kalau siap,” lanjut kadis yang asli putra daerah Buton itu menyarankan kepada para Kepala Desa agar, “masing-masing desa bisa membuat dan memasang baliho di wilayahnya masing-masing!”
Beliau juga menegaskan: “Jangan kalah sama caleg-caleg ya! Masa caleg saja yang hanya anggaran pribadi bisa pasang baliho dimana-mana, sementara Kepala Desa yang punya anggaran desa tidak bisa?”
Para kepala desa dan lurah yang sebagian besar kaum laki-laki itu mengangguk-angguk tanda paham dan setuju.
“Tahukah bpk/ibu semua, apa kelebihan penyampaian kokunikasi, informasi dan edukasi atau K.I.E melalui baliho ini? Kelebihannya adalah baliho dapat dibaca setiap hari oleh masyarakat, maka buatlah baliho yang variatif yang mengandung ketiga hal tadi, yakni K.I.E.”
Materi yang disampaikan Mustakim lebih dominan memberikan inspirasi, spirit dan motivasi kepada seluruh peserta yang berkaitan dengan bahaya pernikahan dini, pentingnya memahami konsep 100 HPK bagi para ibu hamil, menyusui dan ibu-ibu pemilik baduta dan balita. Selain itu, mumpung ada para lurah dan kepala desa, Mustakim pun menyampaikan tentang upaya intervensi serentak yang saat ini tengah dilakukan oleh seluruh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) se-Indonesia.
Dua pemateri lainnya, mengingat keduanya adalah pakar kesehatan, yang satu (Kadis PPKB Kab. Buton) adalah lulusan kebidanan dan Kabid Bina Kesmas Dinas Kesehatan Buton (Ny. Emil) sangat memahami masalah gizi, maka materi keduanya lebih banyak mengenai hal tersebut.*