Plt Kakanwil Kemenag Sultra: Kualitas Puasa Terletak pada Meningkatnya Keimanan dan Instrospeksi

  • Bagikan

Kendari, sibernas.id – Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali menggelar Dzikir dan Doa bersama yang telah memasuki pekan ke-75, dipimpin secara virtual oleh Plt Kakanwil Kemenag Sultra H Zainal Mustamin. Dzikir dan Doa bersama berlangsung di Masjid Amal Bakti Kanwil Kemenag Sultra, Selasa (21/3/2023).

Dzikir dan Doa bersama diikuti Kabag Tata Usaha H Muhamad Saleh secara virtual, segenap pejabat administrator dan ASN, Ketua dan Pengurus DWP Kanwil Kemenag Sultra, 17 Kemenag Kab/Kota se Sultra, KUA, Penyuluh, Madrasah, Guru PAI, dan Pondok Pesantren se Sultra secara daring.

Dalam tausiyahnya Kakanwil mengatakan, Ramadhan kali ini datang menyapa semua untuk menjaga sejenak dari hiruk kesibukan yang terkesan tidak ada ujungnya dari suasana permasalahan yang dihadapi.

Masalah itu tidak ada akhirnya, datang dan seperti bertambah terus di tengah suasana pekerjaan yang dilakukan sehari-hari baik di kantor, di sekolah maupun di rumah. Rutinitas terus berulang dari waktu ke waktu, dan sejenak Ramadhan datang menjaga dari kesibukan itu untuk melaksanakan ibadah puasa.

“Apa yang kita sebut dengan puasa sejati, yaitu menjadikan puasa sebagai penghancur gumpalan lemak kekerasan yang ada di dalam hati kita, asam urat kebencian yang ada di pikiran kita, kolesterol keserakahan yang ada dalam perilaku kita dan darah tinggi pemecah pembuluh darah persaudaraan yang selalu hadir dalam sikap kita. Puasa hendaknya menghindarkan diri kita dari perilaku kebencian, kekerasan, keserakahan dan permusuhan terhadap sesama,” tegas Kakanwil.

Idealnya lanjut Kakanwil, ibadah puasa menjadi penguat persaudaraan dan semangat 3B (Bersama, Bersatu, Bersaudara). Bersama kita bisa Bersatu kita kuat, Bersaudara kita rukun.

Karena itu, sebagai tema Ramadhan Bersahabat tahun ini adalah ‘Ramadhan dan Teladan Kedamaian’ karena ayat Al-Qur’an terkait dengan Ramadhan itu seringkali kita kutip sebagaimana surah Al Baqarah ayat 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

“Pasa itu adalah pengulangan dari tahun ke tahun, bukan hal yang baru. Kita datang berramadhan lagi dan Allah panjangkan umur kita. Tapi tidak berhenti sampai di situ, taqwa yang menjadi tujuan antara dari puasa itu adalah Laalakum Tattaqun ‘supaya kamu bertakwa’ sebagaimana Allah sebutkan. orang yang bertakwa itu tidak boleh meninggal sebelum mereka dalam kondisi muslim yang sempurna. Artinya menjadi seorang yang berserah diri kepada Allah SWT dan makna lain dari Al Islam itu adalah memberikan kedamaian,” jelasnya.

Jadi, seseorang harus menjaga keimanan, ketakwaan dan keislamannya. Maka orang yang berpuasa itu, di samping dia mencapai sasaran antara menjadi orang yang bertaqwa, dia juga adalah orang yang melahirkan kedamaian dalam dirinya dan untuk masyarakat di sekitarnya, itulah makna lain dari Al Islam.

Kakanwil memaparkan, orang Islam sejati yang punya kedamaian dijelaskan dalam sebbuah hadits “Al muslimu mansalimal muslimuna minlisanihi wayadih”. Artinya muslim sejati adalah orang yang selamat dari lisan dan tangannya. Selamat dari sikap atau lisan, ucapan yang tidak baik dan dari tangan atau gambaran kekuasaan yang merugikan orang lain.

Orang yang lisannya mengganggu orang-orang di sekitarnya atau menyakitkan dan melukai, maka dia belum berpuasa. Karena orang yang berpuasa adalah orang yang menjaga lisannya dan tangannya, sehingga orang lain selamat dari lisan dan tangannya.

“Kalau Ramadhan kali ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, Insya Allah bagi anak-anak dan para siswa akan benar-benar menjadi sarana pembentukan jati diri, menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Jika tidak menjadi bertaqwa, maka belum mampu mengantarkan kita pada keselamatan dan menyelamatkan orang lain serta pada kedamaian dan mendamaikan orang lain,” terangnya.

Dikatakannya, inti dari ketaqwaan adalah selalu ingat kepada Allah SWT, yakni selalu menghadirkan Allah di dalam kesadaran kehidupan. Kalau seseorang selalu berbuat dan bekerja dalam kesadaran bahwa Allah selalu hadir atau mengontrol, maka seseorang akan berusaha untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak benar, baik dari lisan maupun dari tangannya.

Taqwa itu adalah kesadaran untuk selalu menyadari bahwa Allah hadir, Allah mengawasi dalam segala perilaku yang kita lakukan. Dan Allah SWT selalu bersama seseorang dimanapun berada. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kalian kerjakan. Jika kesadaran ini dibawa di sekolah, maka anak-anak jika melakukan ujian tidak mungkin menyontek atau melakukan pelanggaran. karena meskipun gurunya tidak hadir di ruangan sebagai pengawas, dia ada kesadaran bahwa Allah maha melihat dan hadir.

Demikian juga di kantor, jika selalu ada kesadaran bahwa Allah hadir maka pegawai akan selalu berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan. Kesadaran bahwa Allah selalu hadir adalah buah dari taqwa. Dan itu hasil yang diperoleh dari orang yang berpuasa dalam bulan suci Ramadhan.

Kakanwil menambahkan, setidaknya ada dua hal sebagai bentuk pendidikan yang diperoleh dari puasa. Pertama adalah pendidikan kejujuran. Karena ibadah puasa bersifat personal, spiritual, vertikal dan bersifat rohani.

“Bisa saja orang yang berpuasa, tidak ada yang tahu dia makan dan dia mengaku puasa. Tapi tidak dilakukan karena ada kesadaran bahwa ibadah itu adalah ibadah yang selalu disaksikan oleh Allah SWT. Jadi ada pendidikan kejujuran yang lahir dari puasa. Semestinya juga berdampak pada kehidupan Setelah puasa. Puasa bersifat personal tapi melahirkan integritas.
Berkorelasi pada akhlak, jika kita terus menjalankannya dengan baik. Apa yang menjadi dampak dari ibadah puasa pada kesadaran spiritual kita, adalah melahirkan sifat jujur,” tuturnya.

Dampak kedua dari puasa adalah sikap menahan diri. Masalah terbesar yang dihadapi oleh manusia yaitu ketidakmampuannya untuk mengendalikan diri atau menahan diri. Banyak musibah yang menjadi penyebab timbulnya perpecahan disebabkan oleh ketidakmampuan orang mengendalikan serta menahan diri dan itu bisa menghancurkan.

Ada anak-anak yang melakukan kekerasan atau membully temannya karena dia tidak dapat mengendalikan diri. Inilah pentingnya ibadah puasa, disamping melahirkan pendidikan kejujuran, juga pendidikan mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang. Termasuk menahan diri untuk tidak mudah mempercayai dan meneruskan informasi yang kemungkinan bisa menyesatkan, hoax atau tidak benar karena akan mendatangkan dosa.

“Kerap kali masalah yang kita hadapi, kita luapkan di media-media sosial melalui status baik wa, Facebook Instagram dan itu menjadi ajang untuk menyerang orang lain. Ini juga menjadi bagian yang harus dikendalikan dalam bulan puasa. Kita menjadikan HP juga berpuasa, dalam arti tidak meneruskan informasi yang keliru, ghibah dan informasi yang tidak benar. Agar puasa kita terpelihara dengan sikap kejujuran dan pengendalian diri dari pergaulan sosial kita dalam kehidupan,” sebutnya.

Menurutnya, ukuran puasa seseorang itu berhasil dan berkualitas bukan pada kemampuannya menahan lapar dan minum. Sebab kalau kemampuan menahan lapar dan minum, selama ini banyak orang yang tidak makan dan tidak minum baik karena sakit atau karena tidak punya makanan dan minuman, namun mereka tidak mendapatkan pahala puasa.

Tapi kualitas puasa itu terletak pada kemampuan seseorang untuk bisa menjaga kualitas keimanan dan introspeksi dirinya dalam berpuasa. Kadar puasa tidak ditentukan oleh kadar kelaparan dan kehausan, tapi bukti bahwa orang itu kadar puasanya meningkat adalah iman dan introspeksi.

“Puasa itu harus dilandasi dengan keimanan yang sungguh-sungguh dan introspeksi apakah puasanya itu memberi manfaat, khususnya apakah dia melahirkan kejujuran dan kemampuan untuk menahan diri. Kita mulai sebelum Ramadhan, kemudian kita jalani dalam bulan suci Ramadhan dan Insya Allah kita nikmati setelah bulan suci Ramadhan,” pungkasnya.

Diakhir kesempatan, Kakanwil menyempatkan diri menyapa seluruh peserta dzikir baik yang mengikuti secara luring maupun daring. Kakanwil juga berkesempatan mendengarkan yel-yel Kemenag Sultra Bersahabat dari SDN 13 Lalembuu, KUA Kec. Lapandewa, MI/MTs Sirajul Munir Konda Kab. Konawe Selatan dan MIN 1 Kolaka Utara.

  • Bagikan