Pemprov Sultra Ikuti Rakor Pengendalian Inflasi bersama Kemendagri secara Virtual

  • Bagikan

Kendari, sibernas.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi di daerah yang setiap minggunya melalui Zoom Meeting yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri RI) dilaksanakan di Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Provinsi Sultra, Senin, 13 November 2023.

Rakor secara virtual yang dilaksanakan serempak di seluruh Indonesia dipimpin langsung oleh Mendagri RI Tito Karnavian, dihadiri sejumlah pejabat diantaranya Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa, Kepala Divisi Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Cahyaningtiyas Respinatri, Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden Edy Priyono, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Bambang Wisnubroto, Dirjen Tanaman Pangan Suwandi, Satgas Pangan Polri, Sesjamdatun RI dan Brigjen TNI Eko Nursanto.

Turut hadir dari Jajaran Pemprov Sultra l yakni Asisten II Setda, Kadis Ketapang, Karo Perekonomian, Karo Pembangunan, Deputi Kantor Wilayah BI Sultra, Perwakilan BPS Sultra, Kadin Sultra, Karatina Pertanian Kendari serta Pejabat terkait.

Paparan Mendagri, Muhammad Tito Karnavian, kita peringkat terendah 141 dari 186 negara dunia diangka 2,56 persen ini merupakan relative baik, mengingatkan kembali dari list Badan Pusat Statistik Inflasi year on year artinya ditahun Bulan Oktober 2023 dibanding bulan Oktober tahun 2022 angkannya 2,56 persen ini masih target dari Bank Indonesia, Menteri Keuangan dan Menteri Perekonomian sebagai Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat.

“Kalau kita melihat dari data bulan kebulan September ke Oktober terjadi kenaikan sebesar 0,17 persen ini cukup signifikan, meskipun lebih rendah dari bulan Agustus ke September sebesar 0,19 persen artinya di angka 0,17 persen terjadi kenaikan kita pernah mengalami deflasi -0,02 persen dibulan Juli ke Agustus. Inflasi dari tahun kalender artinya dari September 2022 ke Oktober 2023 terjadi kenaikan cukup sekitar 1,8 persen ini terjadi kenaikan meskipun dalam batas terkendali,”katanya.

“Tidak akan pernah berhenti sampai perintah Presiden untuk tidak melakukan rapat mingguan ini, karna rapat mingguan secara terus-menerus untuk mengendalikan inflasi serta dalam situasi eksternal utamanya karna perang Rusia dan Ukraina diperburuk lagi dengan Israel serta ketegangan politik lain ditambah lagi kenaikan suku bunga sehingga semua akan mempengaruhi pola suplai hardiman dari rantai pasok yang akan mempengaruhi seluruh negara disamping masalah-masalah domestik internal atau masalah tahun politik, El-Nino, kekeringan dan macam-macam,”pungkasnya.

Dilanjutkan dengan Paparan Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, bahwa secara mantuman inflasi naik sebesar 0,17% kalau kita lihat komoditas utama penyebab inflasi bulan Oktober yaitu beras, Bensin, Cabai Rawit, Angkutan Udara, Cabai Merah, Emas Perhiasan, Tarif Airinum PAM, Jeruk dan Sawi Hijau yang ingin saya sampaikan disini adalah komoditas yang memang masuk yaitu beras, cabai rawit, cabai merah dan gula.

“Sehingga memang kita pantau inflasi kemudian kami hubungkan dengan perkembangan harga mingguan yaitu dari indeks perkembangan harga di Minggu terakhir ini masih didalam kisaran sesuai dengan Inflasinya untuk memenuhi kebutuhan sehingga kami sarankan beras harus dipantau distribusinya untuk bisa menjangkau daerah-daerah terutama yang sebagai distribusi utama terhadap inflasi dengan kenaikan IPH,”ungkapnya.

Sedangkan, sambutannya harga cabai merah, cabai rawit dan gula pasir terpantau masih mengalami kenaikan, berdasarkan data yang kami miliki untuk potensi produksi padi di Provinsi sentral produksi dibulan Oktober sampai Desember, memang produksi padi masih diperkirakan mengalami penurunan di sebagian wilayah sentral produksi. Khusus bulan November akan mengalami penurunan produksi padi secara nasional sebesar -14,10% sehingga penurunan ini akan terus akan berlanjut di bulan Desember walaupun demikian penurunan di bukan Desember tidak sedalam penurunan potensi produksi padi dibulan November.

“Jadi diperkirakan bulan Desember 2023 potensi penurunan sebesar 3.089 ton beras atau sebesar -0,16% dibanding tahun Desember tahun lalu,”ungkapnya.

Sementara itu, Asisten II Setda Sultra menyampaikan tadi kita sudah mendengarkan Rakor Inflasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri bahwa beberapa komoditi yang perlu menjadi perhatian serius (penyumbang inflasi) yakni beras medium, cabai merah, cabai rawit, gula pasir dan jagung pipilan.

Lanjut, Secara jelas Mendagri juga sudah menyampaikan atau mengarahkan kepada kita agar benar-benar melakukan pemantauan pasar terkait dengan harga, cari solusi-solusi, membuat inovasi kreatif berdasarkan keadaan kondisi daerah kita dan mengefektifkan ketersediaan dana yang dianggarkan dalam APBD.

.

Sebagaimana laporan yang diterima dari BPS bahwa inflasi Sulawesi Tenggara di pantau di dua kota yakni Kendari dan Baubau secara year-on-year mencapai 3,14 persen atau lebih rendah dari pada inflasi tahunan September 2023 sebesar 3,46 persen.

Serta komoditas penyumbang inflasi masih tetap yakni beras, kelompok cabai serta kemarin yang mulai naik harganya adalah gula pasir. Gula pasir ini mungkin yang perlu kita sama-sama harus waspadai.

“Bapak Pj Gubernur begitu fokus terhadap penanganan inflasi sehingga melakukan beberapa kegiatan bersama pihak terkait yakni melakukan gerakan pangan murah dari dinas ketahanan pangan, penyaluran dan percepatan beras bansos SPHP yang sudah dibantu dari teman-teman Bulog, serta kemarin dibeberapa kabupaten Wakatobi maupun Muna Barat sudah menyalurkan bantuan sembako dimana sumber pembiayaan dari BTT melalui dinas perindustrian dan perdagangan,” ungkapnya.

  • Bagikan