Kendari, sibernas.id – Gembiralah secukupnya, sedihlah seperlunya, bicaralah sejujurnya dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya. Boleh jadi apa yang kamu tidak senangi itu suatu saat baik bagimu, dan boleh jadi apa yang kamu senangi itu suatu saat menjadi buruk bagimu.
Demikian pesan yang disampaikan Plt Kakanwil Kemenag Sultra H Zainal Mustamin, saat memberikan tausiyah pada pelaksanaan Dzikir dan doa bersama pekan ke- 82, Selasa (9/5/2023) yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus.
Dzikir dan doa bersama diikuti segenap pejabat administrator dan ASN, Ketua dan Pengurus DWP Kanwil Kemenag Sultra, 17 Kemenag Kab/Kota se Sultra, KUA, Penyuluh, Madrasah, Guru PAI, dan Pondok Pesantren se Sultra secara daring.
Plt Kakanwil mengatakan, manusia harus selalu mendekat dan memohon ampun kepada Allah SWT, berdzikir dan berdoa karena manusia itu sendiri bukanlah orang-orang yang suci, bukan para nabi, malaikat atau wali. Sehingga, manusia harus terus mengimbangi berbagai macam kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan dengan terus melakukan kebaikan.
“Memaksakan diri untuk melakukan kebaikan adalah suatu kebaikan. Sebaliknya, jika kita melakukan kebaikan secara terpaksa maka itu adalah ketidakbaikan,” ungkapnya.
Dirinya menjelaskan, salah satu bentuk kebaikan itu adalah kebaikan dalam berkata-kata atau kebaikan dalam berbicara. Berbicara atau berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa itu penting, namun yang jauh lebih penting adalah jujur dalam berbahasa, berkata-kata atau berbicara.
Sebagamana ditegaskan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Al Ahzab ayat 70 dan 71, bahwa berbahasa yang jujur itu senapas dengan perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.
Ada tiga keuntungan yang Allah SWT berikan kepada pelaku “qoulan syadiidaa”. Pertama Allah SWT perbaiki perbuatan, sikap dan tingkah lakunya. Kedua, Allah SWT ampuni dosanya. Ketiga, Allah memberikan keuntungan yang besar.
Allah SWT tegaskan “qoulan syadiidaa” sebagai sesuatu yang sangat penting dan disebutkan secara khusus dalam Al Qur’an.
Dalam istilahnya, Zainal Mustamin menyebut sebagai PJ (pembicaraan jujur), Plt (Pembicaraan lurus tegas), Plh (Pembicaraan lurus dan halus), atau SPJ (singkat, padat, jelas).
“Semakin panjang pembicaraan, semakin berpotensi untuk terjadi kesalahan. Semakin lama pembicaraan, semakin berpotensi terjadi kekeliruan, gosip dan sebagainya. Karena itu diingatkan “qoulan syadiidaa”, berbicara yang benar dan berbahasa yang lurus,” imbuhnya.
Zainal Mustamin menambahkan bahwa pemimpin, atasan, pegawai yang senantiasa menjaga kejujuran dalam berbahasa maka akan menjadi pemimpin, atasan atau pegawai yang lurus. Sebaliknya jika pemimpin, atasan atau pegawai senantiasa melakukan kebohongan dalam berbahasa, maka akan sulit sekali menjadi pemimpin yang baik.
“Jika para guru, ustadz dan ustadzah di sekolah ingin menanamkan suasana takwa dalam hati para siswanya, maka mulailah berkata dan berbahasa yang jujur di lingkungan sekolahnya. Begitu juga para siswa atau santri, jika ingin menghidupkan suasanan kedamaian, awalilah dengan berbicara, berkata dan berbahasa yang jujur/benar,” lanjutnya.
Kakanwil menambahkan, seseorang tidak mungkin mau menutupi kebohongan dengan kejujuran. Karena kejujuran pasti menghasilkan keteguhan. Demikian halnya, tidak semua orang bisa teguh dalam kejujuran. Oleh karena itu, bangsa, daerah atau lingkungan khususnya di Kanwil Kemenag Sultra harus dibangun di atas landasan kejujuran. Termasuk, kejujuran setelah melakukan kesalahan atau mengakui kesalahan, dengan memperbaiki kesalahan dan meminta maaf . Karena dusta dan kecurangan menghasilkan pribadi-pribadi yang rapuh. Lebih besar lagi, mereka menghasilkan masyarakat yang sakit.
“Karena itu kita harus memelihara “qoulan syadiidaa” agar kepercayaan atau trust yang sudah dibangun dapat tumbuh dan memiliki integritas yang kuat di tengah-tengah masyarakat,” pesannya.
“Tagline 3B yang sudah dibangun, laksana pohon yang indah, sedap dipandang mata dan sejuk ditempati untuk berteduh. Karena akarnya adalah kebersamaan yang menopang kebisaan, batangnya adalah persatuan yang menopang kekuatan dan buahnya adalah persaudaraan yang menopang kerukunan. Semoga Kemenag Sultra Bersahabat tetap dihati kita semua, dan semoga persahabatan sebagai sahabat yang bersahabat terus tersahabatkan,” pungkasnya.
Diakhir kesempatan, Zainal Mustamin berkesempatan menyapa seluruh peserta dzikir baik yang mengikuti secara luring maupun daring. Kakanwil juga mendengarkan yel-yel Kemenag Sultra Bersahabat secara serentak dari seluruh peserta dzikir dan doa bersama.