Kendari, sibernas.id – Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Sulawesi Tenggara (Sultra), H Muhamad Saleh secara resmi membuka kegiatan Seleksi Musabaqah Qira’atul Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Sultra Tahun 2023, yang berlangsung sehari di Aula MAN 1 Kendari, Senin (29/5/2023).
Pembukaan MQK yang mengusung tema
“Rekontekstualisasi Turats/Kitab Kuning untuk Peradaban dan Kerukunan Indonesia” ini
turut dihadiri Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (Papkis) H Muhammad Basri, Kepala Kemenag kab/kota se-Sultra, pejabat Administrator lingkup Kemenag Sultra, Kasi PAI se Sultra, Ketua KKG MGMP dan AGPAI serta kurang lebih 70 peserta santri/santriwati pondok pesantren di Sultra.
MQK Tingkat Provinsi Sultra ini dilaksanakan guna menyeleksi peserta Sultra yang nantinya akan berlaga di tingkat nasional yang dijadwalkan akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 10 sampai 18 Juli 2023 mendatang.
“Kami mengingatkan kepada para peserta dan pendamping, bahwa kegiatan ini bukanlah sekedar ajang lomba yang memperebutkan hadiah dan juara. Ajang ini adalah ajang kaderisasi ulama sekaligus ruang silaturahmi antar Pondok Pesantren dalam rangka integrasi sosial menuju persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkapnya.
Ia menjelaskan dari enam cabang yang akan dilombakan, peserta Sultra nantinya hanya akan mengikuti tiga diantaranya. Jenis lomba yang diikuti tingkat Sultra adalah, Baca Kitab Kuning, Debat Bahasa Arab dan Debat Bahasa Inggris. Sedangkan cabang Lomba yang tidak diikuti oleh Sultra diantaranya Bahtsul Kutub, Debat Qonun dan Lalaran Nadhom.
Selain itu ada beberapa kabupaten yang tidak berpartisipasi dan ada kabupaten yang mendominasi pesertaan pada kegiatan ajang bergengsi ini.
Menanggapi hal ini, ia mengimbau agar Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (PAPKIS) selaku leading sektor harus mampu mengidentifikasi, menganalisis dan memformulasi langkah-langkah strategis kondisi tidak adanya peserta pada beberapa jenis cabang lomba.
“Saya juga mengingatkan kepada para peserta bahwa juara atau hadiah bukanlah tujuan. Tetapi hanya instrumen kecil agar proses kaderisasi tersebut dapat berlangsung lebih semarak dan menggembirakan,” tuturnya.
Ia juga berpesan agar proses belajar dilanggengkan sebagaimana perintah agama. Belajar bukan untuk menjadi orang pintar, tetapi untuk menjadi orang baik dan belajar adalah ibadah melaksanakan perintah Allah SWT.
“Selamat berlomba, selamat belajar dan selamat dalam meraih cita-cita, Allah SWT selalu bersama kita semua. Wujudkan peradaban dan kerukunan Indonesia dengan rekontekstualisasi turast/kitab Kuning,” tutupnya.