Konawe, Sibernas.id – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kakanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Tenggara, H. Zainal Mustamin, S. Ag., MA menghadiri sekaligus menyapa para Penyuluh Agama Islam se Kab. Konawe, Rabu, (2/3/2022).
Kegiatan Sapa Penyuluh ini dirangkai dengan Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1443H / 2022M Tingkat Kantor Kementerian Agama Kab. Konawe, bertempat di Yayasan Terpadu Baitul Fitrah Lakidende, Lambuya Kab. Konawe.
Hadir sapa penyuluh ini Kabag Tata Usaha, H. M. Basri, Kabid Penmad, H. M. Saleh, Kabid Penais, H. Jumaing, Ketua DWP Kanwil Kemenag Sultra, Muliawati Zainal, bersama pengurus, Plh. Kantor kemenag Kab. Konawe, Hasrun Taleo dan jajaran, Pembina GUPPI, Ketua GUPPI, Pembawa Hikmah Isra Miraj, KH. Mohammad Yahya Obaid, Pengurus Yayasan, para Kepala KUA dan Para Penyuluh Agama Islam se Kab. Konawe.
Dalam sambutannya, Kakanwil mengatakan jika kegiatan tersebut merupakan Ikhtiar besar untuk membangun bangsa menjadi lebih baik dan menjadi tugas dan tanggungjawab bersama untuk berada di barisan terdepan. Hal ini sangat relevan dengan apa yang digaungkan melalui Gerakan Kemenag Sultra Bersahabat. Ini merupakan cara untuk mempercepat ikhtiar untuk membumikan visi pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan Kemenag, yang dikawinkan menjadi visi Kemenag Sultra Bersahabat (Bersih, Religius, Santun, Harmonis, Berbasis Teknologi).
Menurut Kakanwil, gerakan inilah yang hendak dibumikan di Sultra, dalam tagline 3B (Bersama, Bersatu, Bersaudara) dan menyandingkannya dengan kearifan lokal yang ada disetiap daerah. Hal ini tidak dapat diwujudkan tanpa gerakan bersama secara simultan. Maka disinilah kekuatan Tagline 3B, Bersama Kita Bisa, Bersatu Kita Kuat, Bersaudara Kita Rukun.
“Kita menjadi kecil meskipun kita memiliki SDM yang berkualitas, karena kita masih bekerja parsial dan dalam Ikhtiar sendiri-sendiri. Sehingga kita perlu menggerakkannya dalam kebersamaan agar menggelinding menjadi kekuatan yang sangat besar. Guru, penyuluh, penghulu, ASN dan non ASN harus bergerak bersama karena kita memiliki visi besar untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan memajukan daerah kita khususnya tanah Konawe,” jelasnya.
Kakanwil mengatakan, agar setiap orang bisa menginspirasi kearifan lokal yang diwariskan leluhur. Dirinya Berharap, agar semua memiliki semangat yang besar untuk mewujudkan apa yang menjadi ide bersama. Terlebih tahun ini menjadi tahun toleransi, dan cara mewujudkannya adalah melalui gerakan Kemenag Sultra Bersahabat dalam bingkai 3B.
“Tahun toleransi, melalui program prioritas Kemenag yakni Moderasi Beragama harus dimulai dengan banyak berdiskusi dan menginisiasi perjumpaan lintas agama, dihadirkan dan dilatih menjadi penggerak moderasi beragama, yang salah satu indikatornya adalah cinta tanah air,” terangnya.
“Maka agama dan kebangsaan adalah satu paket, bagian yang tak terpisahkan. Jika kita sudah melakukan kewajiban sebagai warga negara, maka kita juga sudah melakukan kewajiban kita sebagai hamba. Maka hal ini akan memperkuat kecintaan kita kepada bangsa,” urai Kakanwil.
Indokator kedua, lanjut Kakanwil yakni adanya semangat toleransi, yang merupakan kesediaan untuk mengakui kebenaran apa yang diyakini dan kesediaan kita untuk menerima hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan kita. Dan ini adalah kesadaran yang harus ditumbuhkan.
“Ketiga, anti kekerasan. Tidak boleh ada sikap keberagamaan dengan cara kekerasan. Hakekat beragama bukan untuk memvonis dan menghujat, namun untuk menilai dan melahirkan kesadaran kita sendiri. Karena, selama ini banyak orang yang sibuk menilai dan memvonis orang lain, namun lupa dengan kualitas diri sendiri. Sehingga kita tidak boleh memberi pemahaman yang terlalu sempit terhadap kehidupan keberagamaan,” lanjutnya.
Keempat, moderasi beragama senantiasa kompetibel dengan kearifan lokal. Agama memberi warna bagi kearifan lokal. Ada budaya yang sudah lebih dulu hadir, ada agama yang hadir tidak di ruang yang hampa, tapi di tengah masyarakat yang berbudaya, dan ada pemerintahan yang mengayomi kehidupan yang berbudaya dan beragama tersebut.
Menurut Kakanwil, hal ini sangat komplit jika disandingkan dengan gerakan Kemenag Sultra Bersahabat. Dirinyapun mengimbau, agar GUPPI senantiasa bersinergi dengan Kemenag Kab. Konawe untuk membumikan Gerakan Kemenag Sultra Bersahabat.
“Itulah substansi dari Moderasi Beragama. karena, tiada kehidupan yang damai tanpa harmoni. Tidak ada harmoni tanpa toleransi dan tidak ada toleransi tanpa moderasi. Maka moderasi Beragama adalah kunci untuk mewujudkan kehidupan yang toleran, harmoni dan damai. Pemikiran moderat menghindarkan seseorang dari tindakan kekerasan. Maka disinilah pentingnya Moderasi Beragama ditularkan diberbagai ekosistem. Ekosistem pendidikan, birokrasi, TNI, Polri, budaya, media dan sebagainya supaya Moderasi Beragama menjadi cara pandang dalam melihat dan menyikapi persoalan-persoalan kebangsaan,” tegas Kakanwil.
Kakanwil mengatakan, agama agar menjadi inspirasi, bukan aspirasi. Agama tidak dijadikan sarana untuk menghujat dan memvonis orang. Jika dimulai dari dunia pendidikan itu akan lebih terukur, jika dilakukan di dunia penyuluh maka akan lebih soft dan jika dilakukan oleh penghulu maka akan lebih efektif.
“Kemudian jadikan agama sebagai suatu kebenaran, bukan pembenaran. Mencari solusi dari setiap masalah, bukan mencari masalah dari setiap solusi. Caranya, dengan beragama secara santun, baik dan benar. Penyuluh sebagai garda terdepan dalam mengarusutamakan moderasi beragama secara teduh dan menyejukkan di tengah-tengah masyarakat. Orang beragama itu selalu menjadi pribadi solutif, bukan pengeluh,” imbuhnya.
“Untuk semuanya, agar kita memiliki ikhtiar mencari pendapatan dengan cara yang halal, bukan menghalalkan segala cara untuk memperoleh pendapatan. Para penyuluh teruslah berkiprah untuk kepentingan umat, daerah dan bangsa. Berkerja dengan baik, jaga integritas dan teruslah berkontribusi,” pungkasnya.