Wakatobi, sibernas.id – Bakal Calon Gubernur Sultra 2024, Hugua membuktikan keberpihakannya terhadap lingkungan, kali ini ia menginisiasi kerjasama antara Hotel Patuno Resort By Sahid bekerja sama dengan Yayasan Safari Indonesia didukung oleh Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjaga kelestarian dan populasi Burung Kacamata Wangi-wangi (Zosterops paruh besar).
Burung kacamata wangi-wangi merupakan spesies baru dan endemik Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Burung ini rentan terhadap kepunahan di alam bila tidak ada tindakan pelestarian sesegera mungkin yang dilakukan secara kolektif.
Oleh sebab itu, Hugua dan Pihak Yayasan Safari Indonesia menginisiasi pusat penangkaran burung endemik yang terletak di Patuno Resort by Sahid milik Hugua di Pulau Wangi-Wangi.
Hugua mengatakan Sulawesi Tenggara kaya akan sumber daya yang melimpah. Salah satunya ekosistem alam. Namun banyak sekali hewan yang terancam punah, salah satunya burung kacamata wangi-wangi.
Menurut Hugua, pelestarian hewan bukan hanya tanggung jawab pengelola konservasi, tetapi juga tanggung jawab semua sebagai warga negara.
“Kabupaten Wakatobi akan semakin terangkat namanya karena ada burung kaca mata Wangi-Wangi (Sui Bulanta). Burung kaca mata ini langka dan punya nilai ekonomi. Jadi, jangan macam-macam karena jika salah memanfaatkan seperti diperdagangkan maka akan berurusan dengan pihak berwajib,” warning Hugua. Hal senada diungkapkan oleh Kepala Taman Nasional Wakatobi Darman bahwa memperdagangkan burung kaca mata Wangi Wangi adalah perbuatan kriminal dan dapat masuk penjara dengan meyakinkan .
Sebanyak 20 ekor burung kacamata Wangi-Wangi menjadi penghuni perdana pusat penangkaran burung endemik tersebut. Dalam waktu dekat, sebagian dari burung itu akan dilepas ke habitat aslinya dan sebagian lagi akan tetap dalam penangkaran untuk menjalani proses perkembangbiakan.
John Mena, perwakilan Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya kepada wartawan mengatakan 20 ekor burung kacamata Wangi-Wangi yang saat ini berada dalam pusat penangkaran didatangkan dari Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya.
John Mena, yang beberapa tahun lalu pernah melakukan penelitian di pulau Wangi-Wangi. Menemukan banyak burung kacamata Wangi-Wangi di Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya. Sehingga harus dikembalikan ke habitat asalnya yakni di pulau Wangi-Wangi.
“Jadi kacamata Wangi-Wangi ini sudah lama di Taman Safari Indonesia Prigen dan sudah banyak berkembang biak di sana. Jadi hasil berkembang biaknya itu dikembalikan di Wakatobi untuk dilepas ke alamnya guna menjalani proses berkembangbiak. Mayoritas pleci Wangi-Wangi ini adalah milik warga Surabaya dan disumbangkan ke Taman Safari Prigen,” kata John Mena, Jumat (10/05).
Sementara itu, Harjono, anggota tim pusat penangkaran burung endemik Wangi-Wangi menambahkan dalam waktu dekat sebagian burung kacamata itu akan dilepas ke alam aslinya. “15 ekor akan segera dilepas ke alam aslinya. Dan 5 ekor lagi akan tetap di penangkaran untuk proses berkembang biak,” ujar Harjono.
Harjono juga mengatakan selama di pusat penangkaran Wangi-Wangi sebelum dilepas ke alam aslinya. Terlebih dahulu perkembangan burung kacamata itu dipantau setiap waktu. Mulai dari jenis makanan hingga kesehatannya.
“Selama di pusat penangkaran ini, kita harus pantau. Sebelum dilepas harus disembuhkan dari rasa stres dan dipastikan pula jika burung itu sehat. Untuk makanannya selama di penangkaran, kita siapkan buah seperti pepaya dan pisang karena itu mengandung karbohidrat. Kalau jenis protein biasanya kita sediakan telur, serangga ulat magot, ulat kandang dan ulat Hongkong,” beber Harjono.