Makassar, sibernas.id – Di tengah acara fashion week 2024 yang digelar dalam rangka Makassar International Eight And Forum 2024, Pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Kendari bersama karyawan dan karyawati menampilkan tari Lulo kreasi di tengah banyaknya audiens.
Tari Lulo ini muncul dari tradisi masyarakat Suku Tolaki setelah panen padi, dimana bibit padi yang masih menempel di tangkainya dirontokkan atau dipisahkan, dengan cara diinjak secara bergantian antara kaki kiri dan kanan yang disebut Molulowi.
Gerakan Molulowi inilah menjadi cita bakal dari tari Lulo ini untuk semua kalangan serta sekaligus menjadi tari pergaulan bagi muda mudi sebagai ajang perkenalan, atau sebagai mencari jodoh atau untuk menjalin tali persahabatan.
Tari Lulo kreasi yang ditampilkan ini adalah perpaduan dari tari Lariangi yang merupakan tari persembahan untuk menyambut tamu yang agung, yang dikemas dalam gerakan yang tegas, lembut, dan ceria, dengan bergandengan tangan yang merupakan satu persatuan atau yang disebut Mepokoaso.
Dalam penampilannya, para penari mengenakan pakaian adat Suku Tolaki berwarna ungu yang memikat. Pakaian ini dilengkapi dengan sarung adat yang khas Tolaki, menambah kesan autentik dan mempesona dari tari Lulo kreasi.
Kombinasi warna dan desain pakaian ini tidak hanya menonjolkan estetika, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai budaya yang dalam, mencerminkan kekayaan adat yang diwariskan turun-temurun.
Dalam acara Makassar International Eight And Forum 2024 telah menjadi momen berharga bagi budaya Tolaki, di mana tari Lulo kreasi tidak hanya dikenalkan tetapi juga dapat apresiasi oleh banyak kalangan.
Dengan dedikasi yang tinggi dari Pemerintah Kota Kendari, budaya lokal terus diberdayakan dan diperkenalkan ke dunia luar, menjadikan tari Lulo kreasi sebagai salah satu pilar penting dalam pelestarian warisan budaya Indonesia.
Dikesempatan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disparekraf Kota Kendari Riza Ibrahim mengapresiasi dan bangga karena Disparekraf Kota Kendari bisa terlibat langsung meramaikan kegiatan ini.
“Saya senang dan bangga karena teman-teman karyawan dan karyawati Disparekraf Kota Kendari bisa menampilkan tari Lulo kreasi dalam rangkaian F8 Makassar,”ujarnya.
Untuk itu, dia mengajak masyarakat untuk terus melestarikan seni dan budaya yang ada di Kota Kendari, Sultra.
Agar kebudayaan yang menjadi identitas suatu daerah tidak hilang dan luntur seiring kemajuan teknologi.
“Menjaga seni dan budaya di Kota Kendari, Sultra merupakan tanggung jawab bersama semua pihak, bukan hanya pemerintah saja, sehingga marilah kita semua saling berkolaborasi untuk menjaga dan mengkampanyekan seni dan budaya kita di daerah masing-masing,” jelasnya.
Ia juga mengaku pihaknya senantiasa membantu para pelaku ekonomi kreatif di Kendari dalam mempromosikan dan memasarkan produk, baik itu melakui kerja sama Dekranasda maupun melalui kegiatan pameran yang kerap diikuti dibeberapa kota.
“Pemerintah komitmen dalam memberikan dukungan maksimal kepada pelaku ekonomi kreatif. Fasilitas pendampingan, seperti workshop dan pameran, harus menjadi tempat di mana pelaku ekraf dapat belajar tentang inovasi dalam produk, strategi pemasaran yang efektif, dan penggunaan platform online untuk memperluas jangkauan pasar,” katanya.
Penekanan pada pengembangan produk yang berkualitas, pengemasan yang menarik, dan kemampuan produksi yang konsisten juga harus menjadi fokus dalam pembinaan ini.
Dalam konteks pemasaran internasional, pemerintah seharusnya memperluas jaringan perdagangan dan memfasilitasi kehadiran produk-produk pelaku ekonomi kreatif di pameran dan pasar internasional. Ini dapat dilakukan melalui partisipasi dalam pameran dagang luar negeri, promosi online, dan kerja sama dengan agen distribusi yang memiliki akses ke pasar global.(adv)