Kendari, Sibernas.id – Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini sedang mengisiasi program orang tua asuh untuk mempercepat penanganan stunting di wilayahnya.
“Inisiasi gerakan orang tua asuh ini demi mencegah ganguan pertumbuhan pada anak. Orang tua asuh memberi perhatian lebih dengan memperhatikan, merawat tumbuh kembang anak-anak balita dengan sebaik-baiknya. Mereka aset dan masa depan bangsa,” kata Pj wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu, Kamis (6/3/23).
Untuk mewujudkan hal itu, Pemerintah Kota Kendari telah melaksanakan Rapat Penetapan Gerakan Orang Tua Asuh bersama para Kepala OPD lingkup Pemerintah Kota Kendari serta Camat dan Lurah se-Kota Kendari. Bertempat di Aula Samaturu Gedung Balai Kota Kendari, Rapat Penurunan Stunting ini dipimpin langsung Pj. Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu., AP.,M.Si bersama Sekretaris Daerah Kota Kendari Dr. Drs. Ridwansyah Taridala,. M.Si, Senin (27/3/23).

“Kita tidak hanya sekedar lakukan, tapi kita perlu mengevaluasi dan intervensi kembali. Nanti kita juga akan memperoleh data-data dari Kadis Kesehatan, kita lakukan intervensi di bulan pertama dan setelah sebulan kita lihat, apakah ada perubahan terkait berat badan dan nanti akan diukur juga tinggi badan anak,” kata Pj wali kota.
Selanjutnya kata dia, harus sampaikan kepada masing-masing orang tua terkait data anak-anaknya tersebut, sehingga bisa diketahui apakah program itu bisa berdampak positif atau tidak ada perubahan.
Dikatakan, para orang tua asuh akan membantu pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak yang mengalami stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata tinggi anak seusianya.
Ia mengaku, Pemkot Kendari melalui Dinas Terkait seperti Dinas Dalduk dan KB, Dinas Kesehatan dan dinas terkait lainnya konsen serius untuk menekan angka stunting melalui berbagai program dan inovasi untuk menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing.

Anggota DPRD Kota Kendari, La Ode Lawama SH, mendukung program orang tua asuh yang diinisiasi oleh Pemkot Kendari dalam upaya percepatan penanganan stunting di daerah itu.
“Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya,” katanya.
Menurut dia, walaupun angka stunting di kota Kendari termasuk yang terendah se Sultra, tapi semua pihak tidak boleh berpangku tangan saja.
“Demi terciptanya generasi yang unggul dan cerdas, maka kita harus terlepas dari stunting. Karena itu, kita harus lebih serius menangani stunting ini,” kata politisdi PDIP ini.

Kepala DInas Dalduk dan KB Kendari, Jahuddin, menyebutkan bahwa angka Stunting di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan versi hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.
“Berdasarkan hasil SGGI yang telah disampaikan Menteri Kesehatan beberapa hari lalu, khusus Kota Kendari mengalami penurunan presentasi data stunting, yakni dari 24 persen tahun 2021 menjadi 19,5 persen tahun 2022,” katanya.
Ia mengatakan, angka itu sekaligus menempatkan Kendari sebagai daerah dengan angka stunting terendah dari seluruh kabupaten kota di Sultra.

“Ini merupakan keberhasilan seluruh pihak yang terlibat, terutama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang telah terbentuk,” katanya.
Meskipun berhasil menurunkan angka stunting selama 2022 dan menjadi terendah di Sultra, kata Jahuddin, Pemkot Kendari melalui Pj Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu terus mengingatkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, agar serius dan fokus melakukan upaya penanganan kasus stunting di Kota Kendari.
“karena tahun 2023 ini, pemerintah Kota Kendari menargetkan angka stunting menjadi 15 persen,” pungkasnya .(ADV)