BKKBN Sultra Bersama USN Kolaka Edukasi Masyarakat Tentang Bahaya Stunting di Desa Balobone Buton Tengah

  • Bagikan

Buton Tengah, Sibernas.id – Universitas Sembilan November (USN) Kolaka kampus B Buton Tengah bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) mengadakan kegiatan Fasilitasi dan koordinasi pendampingan perguruan tinggi di Desa Balobone, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Senin (20/11/23).

Kegiatan itu dalam rangka implementasi kerjasama antara Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan Universitas Sembilan November Kolaka (USN Kolaka) dalam melakukan edukasi kepada masyarakat terkait stunting dan bahaya stunting.

Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, kader desa, aparat desa, bidan desa, penyuluh KB dan SubPPKBD.

Netty Huzniati Andaz, sselakudosen pembimbing saat memberikan sambutan mengatakan bahwa bahwa angka stunting 41,6% kabupaten Buton Tengah menjadi perhatian khusus oleh kampus, sehingga melaksanakan pendampingan secara langsung menyasar anak stunting di desa Balobone.

“Beberapa langka yang kami lakukan yakni mengoptimalkan pemanfaatan pangan berkualitas dan akan mengembangkan inovasi terkait pendataan warga desa terdapat ataupun beresiko stunting dalam sebuah aplikasi siperba (sistem informasi pendataan perkembangan balita) sebagai instrumen pemantauan dan kontrol angka stunting,” kata Netty.

Kedepan kata Netty, program pendampingan tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan di desa lain.

“Dengan diberikan pangan sehat dan pendampingan, sudah dikonsultasikan dengan dokter, ahli gizi di puskesmas dan penyuluh KB,” ujar Netty.

Sementara itu, Kepala Desa Balobone, Sabandia, saat memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan mengatakan, bahwa pihaknya sangat mengapresiasi dan bersyukur dengan adanya kegiatan itu karena  masyarakat sudah mulai memahami terkait stunting.

Disamping itu kata Sabandia, warga Desa Balobone banyak menerima bantuan dari kabupaten, dan desa yang menyasar langsung anak stunting yakni pemberian telur keluarga stunting dan potensi stunting.

“Kami berharap dengan bantuan ini dapat membantu masyarakat dalam upaya penurunan stunting dan ini akan dilakukan evaluasi diakhir tahun ini,” kata Kades Balobone.

Pada kesempatan yang sama, pihak kampus menghadirkan kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Buton Tengah menjadi narasumber terkait stunting.

Dalam penjelasannya, menyampaikan Percepatan Penurunan Stunting dilakukan dengan dua pendekatan yakni intervensi spesifik dan intervensi sensitive.

Ia menyebutkan, upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, pertama Intervensi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan.

Berikutnya kata Kadis, yakni intervensi sensitif yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting, disinilah fungsi OPDKB dengan melakukan pencegahan.

“Penyediaan air bersih dan sanitasi dan ini menjadi tugas dinas PU, Dinas pendidikan, Dinas Sosial dan Dinas Ketahanan Pangan secara bersama-sama sesuai dengan tugasnya,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama pula, Abidin, mengapresiasi upaya Perguruan Tinggi dalam sosialisi dan optimalisasi percepatan penurunan stunting.

“Tentunya, upaya-upaya ini harapannya menjadikan angka stunting ini turun dan hasil itu tidak mungkin kita capai kalau tidak ada kerjasama salah satunya dengan USN,” kata Abidin.

Ia juga mengatakan bahwa akhir 2024 merupakan tahun terakhir program percepatan penurunan stunting.

“Harapan kami kedepan bisa melampaui target 20 persen dari kabupaten dan kalau bisa mencapai target pemerintah pusat 14 persen tentunya diimbangi dengan upaya kerjasama semua pihak terkait. Demikian juga program banggakencana sudah kami maksimalkan mulai dari kelurahan sampai desa, mulai dari Dashyat, babak bunda asuh stunting dan sebagainya sehingga kita mengantarkan Buton Tengah tidak lagi tertinggi di Sulawesi Tenggara bahkan bisa bebas stunting,” pungkasnya.

  • Bagikan