Kolaka, sibernas.id – Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) melalui metode System of Rice Intensification (SRI) Organik PT Vale Indonesia Tbk dilaksanakan di dua Desa Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka.
Para petani binaan PT Vale di Desa Puubunga dan Puuroda yang sebelumnya masih menggunakan cara-cara konvensional (dengan pupuk kimia), kini telah beralih menggunakan sistem SRI Organik.
Fasilitator Penyuluh Organik dari Aliksa mitra PT. Vale, Ridwan mengatakan biaya pertanian dengan sistem organik ini lebih hemat dan efisien dibandingkan dengan cara konvensional.
“Penanaman padi dengan sistem organik hanya membutuhkan bibit sebanyak 5 kilogram per hektar, sedangkan cara konvensional harus butuh 70 sampai 100 kilogram per hektar,” kata Ridwan di lokasi penanaman SRI organik di Desa Puubunga, Senin (28/11/2022).
Selain biaya pembibitan yang murah, cara menanamnya juga cukup mudah, yakni dengan sistem tanam pindah. Dengan sistem ini, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan persemaian selama 20 sampai 24 hari. Setelah bibit siap untuk dipindahkan, bibit lalu ditanam ke petakan sawah.
“Penanaman bibitnya pun hanya cukup satu benih per lubang tanam, sedangkan cara konvensional tiap lubang tanam bisa sampai lima benih padi yang sudah disemaikan. Itulah yang membuat hemat bibit dengan cara organik,” imbuhnya.
Selain hemat bibit, tambah dia, masa panennya pun lebih cepat dibandingkan cara konvensional. Umur 105 hari, padi SRI organik sudah siap dipanen dengan hasil bisa mencapai 4 sampai 6 ton per musim per hektar.
Menurut Watno, salah seorang petani binaan PT Vale melalui bimbingan Aliksa di Desa Puubunga mengatakan, padi yang ditanam dengan metode SRI Organik ini sangat produktif dibandingkan dengan cara konvensional.
“Hasil panennya cukup memuaskan. Beras yang dihasilkan juga sehat karena tidak terkontaminasi dengan bahan kimia,”ucap Watno.
Selain hasilnya yang memuaskan, metode SRI organik ini pun tidak terkendala dengan pupuk. Sebab kebutuhan pupuk tercukupi dengan cara membuat pupuk organik dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan para petani.
“Biasanya pupuk yang menjadi kendala petani konvensional. Sedangkan dengan metode SRI organik ini kami tidak bingung lagi dengan kebutuhan pupuk karena kami membuat sendiri pupuk organik dan tentunya ini lebih menghemat biaya pupuk,” jelas Watno.
“Pupuk organik yang kami buat juga multifungsi, selain sebagai penyubur tanah dan tanaman, juga dapat berfungsi sebagai pengendali hama,” tambahnya.
Sementara itu, saat ditemui ditempat pembuatan pupuk, Indah selaku Ketua Kelompok Tani Wanita Desa Puuroda menjelaskan cara-cara membuat pupuk organik.
“Pupuk organik ini terdiri dari campuran kotoran hewan, daun-daunan dan MOL. Dengan waktu satu bulan, pupuk organik siap digunakan. Selain pupuk padat, kami juga membuat pupuk cair yang memiliki kegunaan selain untuk kesuburan tanah dan tanaman juga untuk pengendalian hama,” jelasnya.