Kendari, Sibernas.id – Kota Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini terus berbenah menuju kota layak huni yang berbasis ekologi, informasi, dan teknologi. Untuk itu, dari waktu ke waktu Pemerintah Kota Kendari terus melakukan langkah-langkah kongkrit membangun peningkatan ekonomi dari berbagai sisi, salah satunya pengembangan pariwisata.
Sedikitnya, ada lima destinasi wisata atau ikon wisata di Kota Kendari yang hingga kini masih menjadi andalan pelepas penat warga kota maupun dari luar Kota Kendari.
Kawasan Tugu Religi
Destiansi pertama adalah wisata tugu religi Sultra atau dikenal sebagai tugu eks MTQ. Berdiri kokoh dengan tinggi 99 meter yang di maknai dengan 99 asmaul husna.
Lokasi ini dulunya merupakan perumahan kumuh yang di sulap menjadi tugu monumen Sultra, dan menjadi pusat event-event di Kota Kendari.
Kawasan Masjid Terapung Al Alam
Kedua, Masjid Al-Alam. Berdiri kokoh di tengah laut, jika dilihat ketika air sedang pasang, masjid tersebut benar-benar seperti sedang terapung di atas air. Maka dari itulah masjid terapung Al-Alam Kendari selalu menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke ibu kota provinsi ini.
Terdapat banyak keunikan dari masjid ini, diantaranya, memiliki 4 kubah berukuran sedang yang berdiri di sudut-sudut masjid, yang tentunya, akan jadi icon menarik untuk dijadikan spot foto bagi pengunjung.
Tempat ini merupakan wisata religi, jadi siapa saja yang berniat untuk kesini, sebaiknya berpakaian rapi dan sopan. Tak jarang orang-orang datang ke tempat ini untuk bersantai, karena tempat ini jauh dari hiruk pikuk jalan raya, jadi terkesan damai dan sejuk dengan hembusan angin laut serta kicauan burung dari hutan bakau.
Kawasan Kebun Raya Kendari
Ketiga, Kebun Raya Kendari, lokasi yang dulunya merupakan tempat penebangan kayu ilegal serta pertambangan pasir dan batu kini berubah menjadi kebun raya yang indah dengan luas 96 hektar.
Kebun yang di kelola Pemerintah Kota Kendari dan Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) ini, memiliki 7.000 koleksi tanaman serta 22 hektare ruang publik yang digunakan untuk menikmati keindahan pemandangan kebun raya ini.
Jika sudah di tempat ini, pengunjung enggan untuk pulang karena pemandangan disini sangat indah, tak jarang petugas kewalahan memperingatkan pengunjung jika waktu kunjungan sudah berakhir. Kicauan burung menambah daya tarik tempat ini, apalagi di tambah dengan suara aliran sungai, seperti ingin terus berlama-lama disana.
Kejernihan hijau-hijau dedaunan menggambarkan sisi natural tempat ini, tak heran jika para mahasiswa dan peneliti kehutanan atau peneliti flora dan fauna menjadikan kebun ini sebagai lokasi penelitian.
Kebun ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Setiap harinya, kebun ini selalu ramai dan menjadi daya tarik wisatawan dalam maupun luar daerah karena kekayaan alamnya.
Kawasan Kendari Beach
Keempat, Teluk Kendari atau biasa terkenal dengan sebutan Kendari Beach, merupakan tempat nongkrong anak muda Kendari dari tahun ke tahun.
Bibir pantai sekaligus jalan poros yang menjadi tempat tongkrongan masyarakat Kota Kendari ini sudah menjadi tempat khas untuk menikmati sejuknya angin laut sekaligus menjadi saksi terbenamnya matahari.
Dulunya, tempat ini jadi tempat kontroversial karena maraknya PSK yang berkeliaran di tempat ini jika sudah malam hari. Namun, sekarang tempat ini berubah menjadi lebih ramai dengan kehadiran pedagang kaki lima yang menjajahkan jualanannya di pinggir pantai.
Sepanjang jalan kebi ini telah berjejer pedagang mulai dari makanan, hingga pakaian. jadi, selain bisa menikmati suasana teluk kendari, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas kendari serta berbelanja kebutuhan masing-masing.
Kawasan Pantai Nambo
Terakhir, Pantai Nambo. Pantai ini merupakan salah satu wisata favorit masyarakat Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Hamparan pasir putih yang membentang di pantai ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Lokasinya pun tak jauh, hanya 15 km dari pusat Kota Kendari, sekitar 30 menit perjalanan.
Jika ingin ketempat ini, pengunjung akan di manjakan dengan pemandangan teluk kendari, hutan bakau, dan aktivitas nelayan di jembatan kuning.(Adv)