Polda Sultra Simulasi Skema Pengaman Wartawan Saat Liputan Unjuk Rasa

  • Bagikan
Polda
Simulasi skema pengamanan wartawan Saat meliput unjuk rasa

Kendari, Sibernas.id – Kepolisian daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan simulasi skema pengamanan wartawan saat liputan unjuk rasa atau demokrasi,  bertempat di Mapolda Sultra, Kamis.

Simulasi ini diperagakan oleh personil Brimob Polda Sultra, Satuan Shabara Polda Sultra serta para jurnalis yang merupakan rangkaian dari cofie morning rutin Bidang Humas Polda Sultra.

“Skema pengamanan wartawan dalam proses peliputan saat unjuk rasa sangat penting diperhatikan. Jurnalis bisa menempatkan posisi yang tepat untuk meliput insiden terjadi bila mana sudah terjadi skalasi besar demontrasi yang berujung pada tindakan anarkis,”kata Kabidhumas Polda Sultra, Kombes Pol Ferry Walintukan.

Ia menyatakan agar tidak terjadi tindak kekerasan terhadap wartawan saat aksi unjuk rasa berpotensi anarkis, maka wartawan harus mengetahui protap disaat pengamanan.

“Kami sangat peduli atas keselamatan diri wartawan, untuk itu personel polda Sultra menyatukan presepsi, dengan cara melakukan pelatihan lansung kepada insan pers kambtimas , bagaimana cara terhindari dari sasaran intimidasi dan kekerasan massa saat di lapangan,” katanya.

Kabag Ops Sat Brimobda Sultra AKP Asri Diyni menjelaskan secara singkat terkait teknis posisi wartawan di lapangan, yakni terbagi tiga zona.

Pertama pada situasi zona hijau ketika itu unjuk rasa masih terjadi negosiasi damai, kondusif, saat itu wartawan masih diperbolehkan berada di depan barisan aparat keamanan. Hal ini didepan masih tampil barisan Polwan yang memagari.

Situasi kuning, wartawan lebih waspada dan mengambil jarak aman. Situasi kuning yaitu situasi yang dimana massa aksi dan pihak pengamanan sudah melakukan tindakan saling dorong.

“Pada situasi kuning ini kami harap kepada para wartawan yang meliput mulai mengambil jarak radius 20 – 30 meter disamping kiri dan kanan dalmas,” katanya.

Pada situasi merah, dimana massa aksi mulai bertindak anarkis seperti saling bersitegang antara pendemo dam pengamanana, dimana sudah terjadi aksi melempar batu, bom molotov serta busur ia mengimbau untuk mengambil jarak sekitar 20 – 50 meter disamping atau dibelakang PHH Brimob.

Ketiga situasi ini kata Asri sebagai pedoman agar tidak ada lagi kekerasan yang menimpa jurnalis ketika meliput dilapangan. selain itu ia juga meminta tuk menggunakan atribut pengenal dari pihak kepolisian seperti Rompi, topi, dan masker.

Pada kesempatan yang sama Karo Ops Polda Sultra, Kombes Pol Tumpal Damayanus mengatakan, simulasi pola pengamanan menjadi gambaran wartawan dan personel polda Sultra yang melakukan pengamanan lapangan.

Ia mengaku, rekan wartawan sudah paham dengan adanya simulasi ini, dan sedianya pula para wartawan saat meliput, menggunakan atribut sebagai tanda pengenal seperti topi, rompi, masker dan ID card, demi menjaga keselamatan dalam proses peliputan. itu adalah wartawan sehingga tercipta keselamatan dalam melakukan peliputan,” pungkasnya.

  • Bagikan