Pemkot Kendari Luncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Bebas Stunting

  • Bagikan
Pj Wali Kota Kendari saat luncurkan Gerakan Orang Tua Asuh bebas stunting, Kamis (13/4/23)

Kendari, Sibernas.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) resmi melaunching atau meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Bebas Stunting  untuk mempercepat penanganan stunting di daerah itu, bertempat di kantor Wali Kota Kendari, Kamis (13/4/23).

Pj Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu, mengatakan gerakan itu adalah salah satu terobosan pemerintah kota dalam rangka menurunkan angka stunting dengan melakukan kerja-kerja bersama, gotong-royong bersama semua pihak tidak hanya unsur OPD tetapi juga melibatkan elemen lain.

“Dalam gerakan ini, tidak hanya melibatkan para OPD, tetapi juga pihak Baznas, Kementerian Agama, pimpinan dan anggota DPRD dan semua lembaga lainnya termasuk unsur Forkopimda,” katanya.

Dikatakan, Gerakan Orang Tua Asuh Bebas Stunting ini juga harapannya, tidak hanya memberikan bantuan tapi juga memberikan edukasi dan pendampingan mengenai pola hidup sehat.

Pj Wali Kota Serahkan bantuan bayi beresiko stunting

“Para orang tua asuh akan membantu pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak yang mengalami stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata tinggi anak seusianya. Tidak hanya sampai disitu, tetapi orang tua asuh juga memberikan pemdampingan terhadap balita beresiko stunting,” katanya.

Penjabat (Pj) wali Kota Kendari Asmawa Tosepu mengatakan, berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Kota Kendari berada di angka 19,5 persen.

Angka tersebut menurun dari tahun 2021 sebesar 24 persen, berdasarkan data SSGI itu, angka stunting Kota Kendari terendah dibandingkan dengan angka kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara.

Ketua PKK kendari serahkan bantuan kepada ibu hamil

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk dan KB) Kendari, Jahuddin mengatakan, Gerakan Orang Tua Asuh Bebas Stunting ini tidak hanya melibatkan Pemerintah Kota Kendari, namun juga melibatkan komunitas atau organisasi yang ingin terlibat dalam percepatan penurunan angka stunting.

“Kita berharap dengan cara ini, penurunan angka stunting bisa lebih maksimal,” harapnya.

Kata dia, berdasarkan data Electronik, Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) angka stunting di Kota Kendari berjumlah 365 orang dan diberikan pendampingan oleh Tim Pemdamping Keluarga.

“Setelah dilakukan pendampingan ada penurunan, sekarang yang masuk prioritas pertama ini tinggal 105 orang,” katanya.

Kepala Disdalduk dan KB Kendari, Jahuddin

Dalam kesempatan itu, dilakukan pulah menyerahkan bantuan kepada ibu hamil  berupa telur, beras dan minyak dengan sasaran 230 penerima manfaat. Kemudian pemberinan bantuan pangan kepada bayi beresiko stunting atau baduta berupa susu bubuk, telur, beras portivit kepada 105 orang baduta.

Jahuddin mengaku, gerakan Orang Tua Asuh ini bersifat Sukarela sehingga siapa saya yang memiliki keinginan bersama sama menuntaskan kasus stunting bisa bergabung menjadi orang tua asuh.

“Bantuan dari orang tua asuh nantinya  betul-betul pribadi dari masing-masing individu yang dikeluarkan untuk membantu sesama,” tegasnya.

Hingga saat ini kata dia, sudah ada 212 yang terdaftar dalam gerakan Orang Tua Asuh, di dalamnya tidak hanya dari lingkungan Pemkot Kendari. Jumlah ini akan terus bertambah seiring amino masyarakat juga besar untuk sama-sama menuntaskan aksus stunting,” katanya.

Usai penyerahan bantuan anak beresiko stunting

“Tadi ada lagi dari komunitas oase dan purna baru saja melaporkan ke saya meminta 4 lagi sasaran dan ini secara terus-menerus masyarakat bergerak,” katanya.

Sebelumnya, Anggota DPRD Kota Kendari, La Ode Lawama SH, mendukung program orang tua asuh yang diinisiasi oleh Pemkot Kendari dalam upaya percepatan penanganan stunting di daerah itu.

“Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya,” katanya.(ADV)

  • Bagikan