Kepala BKKBN Bekali Ribuan Mahasiswa KKN Tematik di Semarang dengan Upaya Cegah Stunting

  • Bagikan

Semarang, sibernas.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melakukan upaya nyata dalam percepatan penurunan stunting.

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K) pada Jumat (16/06/2023) membekali lebih dari 2.000 mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan upaya percepatan penurunan stunting. Para mahasiswa ini akan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik untuk membantu percepatan penurunan stunting.

“Jadi pada waktu di lapangan, mohon nanti dicermati di posyandu-posyandu. Apabila ada yang terindikasi stunting harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti,” kata Hasto dalam arahannya kepada para mahasiswa.

KKN Tematik angkatan ke-5 yang bertajuk Unnes GIAT (Growing Impactful Awareness Teamwork). Unnes GIAT memiliki dua agenda, salah satunya memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk berkegiatan di tengah-tengah masyarakat sebagai implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yaitu Unnes GIAT Pencegahan dan Penanganan Stunting.

Hasto Wardoyo mengatakan stunting masih menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi angka stunting di Indonesia 21,6%.

Provinsi Jawa Tengah sendiri, angka prevalensi stunting sebesar 20,8%. Meski mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, untuk mencapai target 14 % pada tahun 2024, masih membutuhkan komitmen dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat, termasuk generasi muda, generasi milenial yaitu para mahasiswa-mahasiswa sekalian.

“Bapak Presiden Joko Widodo menyampaikan arahannya, untuk memperoleh kualitas SDM yang unggul, maka kita harus menurunkan angka stunting serendah-rendahnya, sesuai dengan acuan dari WHO, yaitu dibawah 20%. Generasi sekarang, 70% merupakan era Bonus Demografi, yang kedepannya akan menjadi generasi produktif. Akan tetapi bonus demografi ini akan terhenti pada tahun 2035, hal ini dikarenakan dependensi rasio sudah meningkat. Maka penduduk usia lansia akan bertambah,” kata Hasto.

Menurut Hasto, bonus demografi ini sebenarnya akan bisa berlanjut, namun harus bersumber dari kelompok lansia yang sehat, berpendidikan dan produktif.

“Jangan sampai menua sebelum kaya. Dengan memanfaatkan bonus demografi, maka remaja sebagai penentu masa depan bangsa, harus memenuhi syarat sebagai SDM Unggul. Yaitu harus sehat, berilmu, mempunyai ketrampilan dan berkarakter yang baik. Pertama harus sehat, maka stunting itu harus dihindari,” ujar Hasto.

Lebih tegas Hasto mengatakan mahasiwa adalah pelaku dari upaya percepatan penurunan stunting. “Peran mahasiswa untuk dirinya sendiri harus menyiapkan pada saat melahirkan tidak stunting. Yang Kedua, mahasiswa KKN ini harus menyebarkan kepada teman sebaya, yang juga remaja, pasangan usia subur muda. Karena itu yang kita sasar adalah mereka-mereka yang usia muda, karena kalau yang saya sasar mereka yang usia 35 tahun ke atas, sudah banyak yang tidak melahirkan,” kata Hasto.

Unnes GIAT diikut lebih dari 2 ribu mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas, seperti Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Matematika dan IPA, Fakultas Teknik, Fakltus Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Keolahragaan, dan Fakultas Hukum). Selain membekali peserta Unes GIAT dengan materi stunting, masing-masing peserta juga dikuatkan ideologi Pancasila.

Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Dr. Drs. Karjono, S.H., M.Hum,  yang ditemui pada saat kegiatan menyatakan bahwa Pancasila ini penting apalagi di era globalisasi sekarang, berbagai ideology dari luar tidak tersaring.

Hasil survei Setara Institute, sebanyak  83% anak-anak SMA di Indonesia, menginginkan Pancasila dapat diubah. Karena itu, Pancasila harus diterapkan sejak PAUD hingga Universitas, agar generasi muda memiliki jiwa kuat  Pancasila.

“Pancasila itu tidak sulit untuk diterapkan, oleh karenanya kami tadi berpesan kepada mahasiswa peserta Unnes GIAT pada saat di lapangan untuk selalu bertindak benar,” kata Karjono.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih dalam kegiatan itu menilai para mahasiswa peserta Unnes GIAT memiliki kesungguhan untuk memberi kontribusi bagi pembangunan dan pencegahan stunting.

“Kami yakni mampu memberikan kontribusi terhadap upaya perubahan prilaku di masyarakat, di 15 lokasi,” kata Eka.

Menurut Eka, para mahasiswa ini akan didampingi Tim Pendamping Keluarga dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting.

“Ada 27.000 Tim Pendamping Keluarga yg ada di Jawa Tengah, dan kami akan sampaikan ke Pemerintah Daerah dimana mereka KKN, bahwa ada SDM yg akan membantu selama kurang lebih 2 bulan. Sehingga misi agar turut mengkawal penanganan stunting dari mulai kehamilan, bayi, remaja, catin, ibu hamil, menyusui, bisa tercapai dengan maksimal,” ujar Eka.

Pembekalan Unnes GIAT Angkatan ke-5 ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua BPIP, Rektor Universitas Negeri Semarang, Kepala Kanwil Bea Cukai Provinsi Jawa tengah, Biro Hukum Provinsi Jawa Tengah, dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Dalam giat ini juga diberikan Dukungan Dana Program dari BKKBN kepada LPPM dalam rangka pelaksanaan KKN Tematik untuk membantu percepatan penurunan stunting melalui prevalensi di kalangan sebaya dan masyarakat.

  • Bagikan