Kendari, Sibernas.id – Pengajaran yang moderat dengan nilai wasatiyah serta tidak dangkal dan ekstrim harus dikembangkan dalam pendidikan Islam.
Hal tersebut ditegaskan Kakanwil Kemenag Sulawesi Tenggara, H. Zainal Mustamin di hadapan guru pendidikan agama Islam saat membuka Workshop Pembuatan Media Pembelajaran pada SMP/SMA/SMK Lingkup Kanwil Kemenag Sultra. Sabtu (19/2/2022).
“Kita titipkan guru PAI agar pendidikan agama yang ada disekolah tidak boleh ekstrim dan dangkal, tidak boleh pendidikan agama diajarkan dengan pendekatan kekerasan yang bisa mendorong anak berbuat kekerasan.
Kakanwil mengatakan, pengajaran yang moderat dengan nilai-nilai wasatiyahtul Islam harus dikembangkan dalam pendidikan keagamaan. jika ada pandangan-pandangan yang mengarahkan anak tidak cinta tanah air, tidak cinta bangsa, mempertentangkan antara pancasila dengan Islam dan sebagainya pandangan tersebut harus ditarik ke tengah agar pendidikan agama melahirkan kesejukan, melahirkan keteduhan.
Menurut Kakanwil, melihat realitas kehidupan saat ini banyak anak-anak kita berkumpul dalam komunitas negatif, ada tawuran pelajar hal itu bisa terjadi karena sentuhan kita sebagai guru tentang pembelajaran agama terlalu dangkal dan terjebak pada sertifikasi dan target kurikulum.
Banyak guru yang mengajarkan tata cara sholat, cara berwudlu, tata cara puasa, zakat dan berhaji tetapi tidak menyambungkan sebagai sebuah konektivitas antara pembelajaran agama dengan realitas kehidupan.
Ketika kita mengajarkan anak-anak cara berwudlu kita sambungkan mereka bukan hanya memiliki badan yang bersih untuk menghadap Tuhan tapi juga harus memiliki jiwa dan perasaan yang bersih ketika setelah sholat dia berkomunikasi dengan temannya dan masyarakat yang luas.
Melihat kondisi masyarakat dimana budaya masyarakat tidak lagi menjadi perisai bagi pendidikan anak, H. Zainal Mustamin menerangkan kondisi ini menjadi tantangan yang memerlukan peran dan strategi guru agar pembelajaran di sekolah dapat menjadi tameng bagi anak dalam menghadapi realitas kehidupan.
Salah satu caranya ialah media pembelajaran harus dibuat lebih baik, lebih nyaman, lebih mengentertaint yang melahirkan kegairahan dan semangat untuk belajar, karena apapun model pembelajarannya mau media cetak, audio visual pada akhirnya akan kembali kepada sistem aplikasi yang lebih mudah.
Kakanwil lantas memberikan gambaran metode pembelajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan media sosial.
“Materi pembelajaran disiapkan dengan baik, dikirim dengan bentuk video atau audio pembelajaran sehari sebelumnya, dan tinggal kita mendiskusikan materi tersebut.
Ini dilakukan lanjutnya, supaya handphone anak-anak tidak hanya untuk game atau hal-hal yang bisa mengarah negatif seperti pornografi, pornoaksi tetapi beri kesibukan dengan memperbanyak media pembelajaran video, tiktok instagram yang kita siapkan dan anak-anak diminta memberi respon.
“Mudah-mudahan ini menjadi ikhitiar kita bagi anak-anak memajukan pendidikan Islam,” pungkas kakanwil.