Kendari, Sibernas.id – Dewan Perakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) setempat agar lebih inovatif mengembangkan pariwsata untuk menarik minat kunjungan wisatawan di daerah itu.
Anggota DPRD DPRD Kota Kendari, Laode Lawama, mengatakan variabelisasi pengembangan wisata bukan hanya terkungkung pada wisata alam dan wisata buatan manusia saja, tetapi banyak opsi yang perlu ditindak oleh Pemkot Kendari.
“Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan wisata budaya atau sejarah yang ada di Kota Kendari,” kata lawama.
Menurut Lawama, Kota Kendari memiliki sejarah penting dalam perjalanan Indonesia meraih Kemerdekaan pada tahun 1945.
Sebelum merdeka, Kota Kendari dimasuki oleh Belanda (ratusan tahun) dan Jepang (kurang lebih tiga tahun sebelum Indonesia merdeka), dengan tujuan menguasai jalur perdagangan dan melakukan penjajahan.
Dimasa kolonialisme tersebut, kedua negara ini banyak meninggalkan situs cagar budaya berupa bangunan fasilitas umum maupun bangunan pertahanan militer. Olehnya itu, potensi yang ditinggal pada masa Kolonialisme ini perlu dikembangkan dan maksimalkan oleh Pemkot Kendari.
“Banyak potensi wisata kita, misalkan pengembangan wisata sejarah peninggalan masa Kolonialisme, banyak tersebar mulai dari Goa buatan Jepang, bangunan umum dan pertanahan Belanda dan Jepang,” ujar politisi PDIP tersebut.
Berdasarkan penelusuran, beberapan situs budaya yang memiliki nilai sejarah yang ada di Kota Kendari diantaranya Rumah Controleur Belanda, 1 Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda, Polboks (Bangunan Pertahanan Jepang), Baterai Bunker, Terowongan atau Goa, dan Bangunan fasilitas umum lainnya
Inilah potensi-potensi yang bisa dijadikan objek wisata baru di Kota Kendari. Berkaca di Pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia, begitu genjot dalam mengembangkannya dan terbukti berhasil.
Jadi, ketika dijalankan Pemkot Kendari tidak hanya mengandalkan wisata alam atau buatan, tetapi banyak opsi wisata yang dihadirkan. Sehingga juga banyak opsi dari wisatawan itu sendiri tidak menonton.
Tentunya semakin banyak objek wisata tersebar di Kota Kendari, pendapatan asli daerah (PAD) pun akan semakin meningkat. Tergantung dari pemerintah dalam menangkap peluang tersebut.
“Selain PAD, disana (Wisata budaya, red) terdapat edukasi atau pembelajaran guna merefleksi ingatan kita sebagai warga negara Indonesia yang pernah berjuang hingga memakan jutaan korban jiwa untuk mempertahankan negara ini,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai langkah awal, Pemkot Kendari perlu melakukan identifikasi tinggalan budaya pada masa Kolonialisme.
Ketika sudah teridentifikasi, maka tindaklanjuti dengan mendesain secara utuh, seperti apa kerangka pengembangan kedepannya, yang tentunya disesuaikan kebutuhan kewisataan.
“Saya memandangnya, Dinas Pariwisata perlu melahirkan ide atau gagasan yang begitu spektakuler perihal pengembangan wisata di Kota Kendari. Coba untuk terus menerus menggali potensi lain, harapan kita potensi wisata sejarah ini bisa memberikan peningkatan PDA, katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong Pemkot Kendari melalui Dinas Pariwisata segera melakukan inisiasi pengembangan wisata budaya.
Guna mendukung, Komisi II DPRD Kendari menggaransikan hal tersebut, yang penting demi memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakat.
“Kita akan support di DPRD, asal Dinas Pariwisata mau memberikan ide dan gagasannya,” tukasnya.
Sementara itu, Plt Kepala DInas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Kendari, Nurhaeda, mengaku bahwa pihaknya memiliki komitmen untuk pengembangan kawasan wisata warisan cagar budaya sejarah yang tersebar di Ibu kota provinsi penghasil tambang nikel tersebut.
Menurut dia, pengembangan destinasi wisata sejarah tersebut merupakan implementasi dari program ‘Pesona wisata Kendari’.
“Beberapa spot-spot peninggalan sejarah atau peninggalan saman penjajahan akan dieksplor agar bisa menarik minat kunjungan wisatawan,” katanya.(adv)