Bombana, Kabupaten Pertama di Indonesia Miliki Laboratorium Kultur Jaringan Rumput Laut

  • Bagikan
tafdil
Bupati Bombana, H tafdil, saat resmikan pengoperasian Laboratorium kultur jaringan rumput laut di Puulemo, Kamis.

Bombana, Sibernas.id – Kabupaten Bombana merupakan satu dari 17 Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang telah didaulat menjadi sumber produksi pangan terbesar di Sultra, terutama untuk pangan padi.

Tetapi di luar dari itu, Bombana yang saat ini dipimpin oleh duet Bupati Tafdil dan wakilnya Johan Salim, juga memiliki harapan besar untuk menjadi daerah produksi rumput laut terbesar di Sultra.

Harapan dan asa H Tafdil untuk menjadikan daerah yang dipimpinnya menjadi produksi rumput laut terbesar bukanlan sekedar usapan jempol, tetapi langsung melakukan terobosan satu langkah kecil untuk menjawab segala tantangan pengembangan rump[ut laut di daerahnya.

Membangun Laboratorium kultur jaringan rumput laut, adalah salah satu langlah awal dan langlah solutif yang dilakukan Pemda Bombana menggapai cita-cita menjadi penyuplai kebeutuhan rumput laut.

Satu perbuatan, lebih baik dari seribu kata-kata. Seperti itulah prinsip H Tafdil mewujudkan harapan itu.

Itulah sekelumit narasi yang mengantarkan dibangunnya laboratorium kultur jaringan rumput laut yang bertempat di Kelurahan Puulemo, Kecamatan Poleang Timur, yang diresmikan oleh Bupati Bombana, H Tafdil, Kamis.

“Kegiatan yang kita lakukan pada hari ini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan bibit rumput laut yang unggul dan berkualitas melalui hasil kultur jaringan,” kata Tafdil.

Bahkan menurut PT Centre Excellence Seaweed Indonesia (CESI), George Hutama Riswantyo, bergerak di bidang pengembangan rumput laut, bahwa Laboratoprium kultur jaringan rumput laut yang diresmikan itu, merupakan yang pertama di Indoensia dimiliki oleh pemerintah kabupaten.

“Benar, ini adalah Laboratoprium kultur jaringan rumput laut yang dimiliki langsung oleh Pemda, sementara beberapa laboratorium yang asama dibeberapa kota di Indonesia itu adalah milik Kementerian kelautan dan Perikanan RI,” kata George yang akrab disapa dengan panggilan Guntur tersebut, yang diamini oleh Dekan Fakultas Perikanan UHO, Prof La Sara, dan DR Lideman Sawawi SP.i , MPi dari BBAP Takalar.

Menurut Riswantyo, dengan melibatkan para tenaga ahli dibidangnya yang bergelar profesor dan doktor, bila proses kultur jaringan dimulai saat ini maka 7 bulan kedepan sudah dapat bibit unggul.

“Kalau bibit bagus, tahan penyakit, maka hasil produksi rumput laut para petani budi daya bisa tiga kali lipat dari sekarang,” pungkasnya.

Sementara itu, Bupati Bombana, menyampaikan bahwa Kehadiran laboratorium kultur jaringan rumput laut yang dibangun menggunakan APBD ini akan menjawab persoalan pengembangan rumput laut di Kabupaten Bombana atau Sultra secara keseluruhan, terutama dalam penyediaan bibit yang unggul.

Tafdil mengatakan, persoalan yang dihadapi petani budidaya sehingga tidak tertarik tanam rumput laut, karena faktor penyakit karena bibit yang tidak bagus, sehingga hasil produknya tidak signifikan dan harga di pasaran kadang anjlok.

Terkait masalah harga kata dia, pemerintah setempat sudah pernah lakukan intervensi harga, pemerintah memberikan subsidi dengan cara membeli rumput laut di atas harga pasaran melalui pihak pengelola pabrik rumput laut di Bombana.

“Sayangnya, ada yang salah sangka bahwa pemerintah berikan subsidi pabrik rumput laut. Yang benar adalah menitip uang ke pihak pabrik rumput laut, kemudian mereka yang membeli ke petani, dan kalau sudah dijual kembali dengan harga di atas pembelian maka uang pemerintah dikembalikan,” katanya.

Ia mengakui, salah satu komoditas unggulan Bombana di sektor perikanan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah komoditas rumput laut, komoditas ini memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif yaitu mudah untuk dibudidayakan, umur panen pendek yaitu 45 hari.

“Selain itu, penanganan pasca panen relatif mudah, pangsa pasar yang begitu luas. Namun permasalahannya adalah produksi yang dihasilkan oleh petani masih rendah yaitu 33 ton berat basah per hektar, sedangkan potensi hasil yang bisa dicapai yaitu sekitar 96 ton berat basah per hektare,” katanya.

Untuk mengatasi rendahnya produksi, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana membangun unit Laboratorium Kultur Jaringan untuk memproduksi bibit unggul berkualitas dengan produksi tinggi melalui kemitraan kerjasama dengan PT Centre Excellence Seaweed Indonesia (CESI) selaku pengelola yang bergerak di bidang pengembangan rumput laut.

“Pada Kesempatan ini kami sampaikan bahwa Alhamdulillah Kabupaten Bombana salah satunya Pemerintah Daerah Kabupaten di Sulawesi Tenggara yang telah merintis dan membangun Unit laboratorium Kultur jaringan rumput Laut di Indonesia. Pada kesempatan ini saya menitipkan harapan yang besar kepada pengelola laboratorium kultur jaringan, Instansi Teknis Terkalt, serta Stakeholder serta seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan percepatan pelaksanaan kegiatan dan mensukseskan program pemerintah serta memperkuat koordinasi dan bersinergi dalam rangka mengoptimalkan hasil dari Laboratorium Kultur Jaringan ini,” katanya.

Tafdil yakin, Laboratorium kultur jaringan itu bisa menghasilkan bibit unggul karena didukung oleh tenaga atau sumber daya manusia yang sangat ahli dibidangnya yang bergekar guru besar atau profesor dan doktor.

Peresmian laboratorium kultur jaringan rumput laut tersebut dihadiri langsung oleh anggota DPD RI, Andi Nirwana Sebu, Dekan Fakultas Perikanan UHO, Prof La Sara, Direktur PT CESI, George Hutama Riswantyo, DR Lideman Sawawi SP.i , MPi dari BBAP Takalar, Perwakilan Dinas kelautan dan Perikanan Sultra, Tim Gubernur untuk percepatan pembangunan (TGUPP) Sultra, Anggota DPRD Bombana, Kadis Dinas Kelautan dan Perikanan Bombana, Syarif dan para pejabat lungkup Pemkab Bombana.

  • Bagikan