BKKBN Sultra Sebut Angka Stunting Tertinggi di Buton Selatan, Terendah di Kolaka Timur

  • Bagikan
Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Drs Asmar

Kendari, Sibernas.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyebutkan bahwa angka prevalensi stunting di daerah berdasarkan hasil studi status gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencapai 30,02 persen.

“Angka stunting di Sultra masih berada di atas rata-rata nasional, karena angka kasus stunting nasional hanya mencapai 24,4 persen berdasarkan SSGI 2021,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Asmar, di Kendari, Selasa.

Ia mengatakan, jika dilihat dari data per kabupaten kota maka yang tertinggi berada di Buton Selatan sebanyak 45,2 persen, menyusul Buton Tengah 42,7 persen, Buton 33,9 persen, Konawe Kepulauan 32,8 persen, Muna 30,8 persen, Konawe Utara 29,5 persen.

Kemudian Kolaka Utara 29,1 persen, Muna barat 29,0 persen, Konawe Selatan 28,3 persen, Kota Baubau 27,6 persen, Bombana 26,8 persen, Buton Utara 26,8 persen, Kolaka 26,5 persen, Konawe 26 ,2 persen, 26,0 persen, Kota Kendari 24,0 persen dan Kolaka Timur 23,0 persen.

“Harusnya daerah kepulauan ini angka stuntingnya rendah karena ketersediaan gizinya cukup dari konsumsi ikan segar. Tetapi malah sebaliknya, justru Kabupaten Kolaka Timur yang tidak memiliki wilayah laut malahan angka stuntingnya terendah,” kata Asmar.

Dikatakan BKKBN Sultra berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat melalui OPD KB terus berusaha menekan angka prevalensi stunting dengan mengaktifkan semua pihak terkait untuk bersama-sama menangani stunting di lapangan.

“Sebagai upaya pencegahan stunting, BKKBN Sultra nantinya akan membentuk Tim Percepatan Pencegahan Stunting (TPPS) Provinsi yang melibatkan bidan, PKK dan penyuluh KB untuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat yang mungkin mengalami stunting,” katanya..

Upaya itu kata Asmar, demi mengejar target pada tahun 2024 bisa menekan angka stanting agar turun menjadi 14 persen secara nasional termasuk Sultra.

Stunting kata Asmar adalah kekurangan gizi kronis yang terjadi pada bayi di 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama.

“Sehingga, hal itu menyebabkan terhambatnya otak dan tumbuh kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya,” katanya.

  • Bagikan