Jakarta, Sibernas.id – Pemerintah Indonesia kembali mengevakuasi 91 WNI dari Suriah ke tanah air dalam gelombang terbaru pemulangan yang berlangsung pada 20-21 Desember, sehingga jumlah WNI yang kembali dari Suriah saat ini mencapai 156 orang.
“Dengan kepulangan tersebut, total WNI yang berhasil dievakuasi pascaperalihan pemerintah di Suriah ada sebanyak 156 WNI yang (evakuasinya) terbagi dalam empat gelombang,” kata Kementerian Luar Negeri RI melalui pernyataan tertulis, Sabtu.
Kemlu menyebutkan bahwa mayoritas WNI yang dipulangkan tersebut adalah pekerja migran, pelajar, dan mahasiswa yang berasal dari sejumlah provinsi, di antaranya Aceh, Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Para warga negara Indonesia itu sebelumnya dievakuasi keluar Kota Damaskus di Suriah menuju Kota Beirut di Lebanon melalui jalur darat dan di bawah pengawalan. Mereka kemudian diterbangkan pulang ke tanah air dalam tiga gelombang penerbangan.
Kemlu beserta KBRI Damaskus akan terus melakukan pelacakan dan pendataan WNI yang kemungkinan masih berada di Suriah dan belum melakukan lapor diri, menurut pernyataan tersebut.
Sementara itu, para WNI yang masih berada di Suriah diimbau untuk terus memperhatikan perkembangan situasi dan keamanan serta menjaga keselamatan diri.
“Mereka juga diminta untuk menghindari keterlibatan dalam kegiatan politik yang tidak perlu serta terus menjalin komunikasi dengan Perwakilan RI di Damaskus,” kata Kementerian Luar Negeri.
Kemlu juga mengimbau masyarakat yang anggota keluarganya diketahui masih berada di Suriah untuk menginformasikan keberadaan keluarga mereka melalui saluran telepon Direktorat Pelindungan WNI Kemlu (+62812-9007-0027) ataupun KBRI Damaskus (+963-954-444-810).
Hingga Senin (16/12), sedikitnya ada 83 WNI di Suriah yang meminta dipulangkan ke tanah air sehingga evakuasi WNI masih akan diteruskan, demikian saat itu disampaikan Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha.
Pada gelombang evakuasi sebelumnya, Kemlu memulangkan 65 WNI dari Suriah. Mereka terdiri dari 55 perempuan dan 10 lainnya laki-laki, serta 47 di antara mereka merupakan pekerja migran.