Kendari, Sibernas.id – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara turut serta dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah yang dilaksanakan secara virtual dan serempak di seluruh Indonesia. Rakor ini dipimpin langsung oleh Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri Yusharto Huntoyungo, dengan menghadirkan narasumber dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.
Beberapa narasumber penting yang hadir dalam Rakor ini antara lain Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Edy Priyono, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Ponco Adi P, Direktur Bapokting Kementerian Perdagangan Bambang Wisnubroto, serta pejabat lainnya.
Dalam kegiatan ini, jajaran Pemerintah Provinsi Sultra yang turut serta antara lain perwakilan dari BPS, Disperindag, Karantina, serta dinas terkait lainnya.
Kepala BSKDN, Yusharto Huntoyungo, dalam arahannya mengungkapkan bahwa
tingkat inflasi Sulawesi Tenggara pada bulan Agustus 2024 masuk dalam 10 provinsi terendah di Indonesia, dengan angka inflasi sebesar 1,62% (y-o-y). Ia menekankan pentingnya konsistensi daerah dalam melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan barang.
“Kami mengapresiasi daerah yang telah menunjukkan konsistensi tinggi dalam pengendalian inflasi. Namun, kami mendorong agar langkah-langkah intervensi yang dilakukan lebih bervariasi dan strategis. Ada sembilan langkah intervensi yang perlu dilakukan, seperti pemantauan harga dan stok, rapat teknis Tim Pengendali Inflasi Daerah, menjaga pasokan, hingga pencanangan gerakan menanam dan pelaksanaan operasi pasar murah,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia meminta seluruh daerah untuk terus mengupayakan pengendalian inflasi dengan mengombinasikan berbagai langkah intervensi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
“Harapannya, dalam rakor-rakor mendatang, semakin banyak daerah yang mampu menunjukkan upaya konkret dalam pengendalian inflasi. Minimal, setiap daerah diharapkan telah melakukan 1-3 langkah intervensi yang signifikan,” tambahnya.
Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik Windhiarso Ponco Adi menyampaikan deflasi yang terjadi di setiap bulan Agustus dalam lima tahun terakhir umumnya disumbang oleh penurunan harga komoditas komponen bergejolak.
“Komoditas bawang merah, daging ayam ras, tomat dan telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang utama deflasi Agustus 2024, dengan andil deflasi masing-masing 0,08%, 0,03%, 0,03% dan 0,02%,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Dr. Nyoto Suwignyo mengatakan harga bahan pokok seperti cabe dan beras mengalami kenaikan harga yang tidak terlalu signifikan, hal ini tentu selalu di pantau di lapangan.
“Badan Pangan Nasional melakukan stabilisasi harga pangan di perum bulog yang tersebar di seluruh Indonesia untuk cadangan pangan sehingga terjadi keseimbangan harga dan stabilitas konsumen,” ungkapnya.