Yogyakarta, sibernas.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hingga kini terus menggenjot penurunan stunting melalui upaya sosialisasi perubahan perilaku, kerjasama dengan berbagai sektor. Salah satu lapisan masyarakat yang disasar adalah para remaja.
Kepala Biro Umum dan Humas BKKBN RI, dr. Victor Palimbong menyebutkan faktor penyebab stunting adalah tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri.
“Sehingga saat hamil mereka akan melahirkan anak stunting. Juga disebabkan usia ibu saat hamil dan melahirkan terlalu muda,” ungkapnya dalam Kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang digelar di Taru Martani, Yogyakarta, Sabtu (3/2/2024).
Dalam acara yang dihadiri remaja GenRe (Generasi Berencana), dirinya menyebutkan stunting pada anak berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan daya saing. Padahal pemerintah sendiri mempunyai visi mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, prevalensi stunting mengalami penurunan dari 17,3 persen di tahun 2021 menjadi 16,4 persen di tahun 2022. Meski demikian, prevalensi stunting di dua kabupaten dalam wilayah DI Yogyakarta mengalami kenaikan, yakni di Kulonprogo sekarang ada di 15,8 persen dan Gunungkidul sebesar 23,5 persen.
“Untuk mengantisipasi terjadinya stunting pada anak, BKKBN membuat program pendampingan calon pengantin, konseling dan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas serta kadar Hb yang dilakukan mulai tiga bulan sebelum menikah,” jelasnya.
BKKBN juga meluncurkan aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) di awal tahun 2022 lalu untuk memastikan setiap calon pengantin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil.
“BKKBN punya inovasi untuk mengintervensi faktor spesifik penyebab stunting. Untuk.itu, capaian aplikasi itu, calon pengantin harus sekitar 85 persen,” ujarnya.
Calon pengantin (putri) juga harus lebih memperhatikan prakonsepsi dengan minum zinc, vitamin E, asam folat sejak tiga bulan sebelum menikah. “Bagi bapak-bapak juga harus berhenti merokok karena bisa mempengaruhi pergerakan sperma, kata para ahli,” tukasnya.
Victor menambahkan, untuk mengintervensi penurunan stunting, BKKBN juga mendorong Forum GenRe yang tersebar di kabupaten/kota agar bisa mengedukasi dan mensosialisasikan secara langsung ke masyarakat dan teman-teman sebaya tentang masalah stunting ini.
“Pendekatan dengan teman sebaya akan lebih mudah. Adalah peran Forum GenRe untuk melakukan konseling dan mengedukasi teman-teman sebaya, terutama dalam edukasi kesehatan reproduksi lewat pendewasaan usia perkawinan,” pungkasnya.
Sejalan dengan Victor, Plt. Direktur Komunikasi, Informasi, dan Komunikasi, Dr. Dadi Roswandi, menyebut remaja menjadi tumpuan bangsa Indonesia di masa depan. “Sekitar 20 tahun ke depan pemimpin bangsa adalah para remaja masa kini. Karena itu, remaja harus bergerak, berawal dari yang kecil-kecil,” ungkapnya.
Mengutip buku “Catatan Seorang Demonstran”, karya Soe Hok Gie, Dr. Dadi menyebut bahwa keberuntungan dalam hidup adalah tidak dilahirkan dan mati muda. “Kalau kebanyakan tidur, surplus karbohidrat lalu berat badan berlebih. Sedangkan perempuan akan melahirkan satu generasi, makannya harus dijaga agar bayi yang dilahirkan tidak stunting. Ketika menikah pastikan rencanakan dengan matang, dan dijaga kesehatannya,” katanya.
Mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Witriastuti Susani Anggraeni, SE, MM selaku Ketua Pokja Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting memaparkan strategi pencegahan stunting dari hulu, yang artinya sejak dari remaja atau calon pengantin.
“Penyiapan kehidupan bagi remaja itu penting. Pendampingan calon Pasangan Usia Subur (PUS) juga merupakan kegiatan prioritas nasional,” jelasnya.
Menurut Witriastuti, calon pengantin perlu mendapatkan bimbingan. Pasalnya, BKKBN belum lama ini bekerja sama dengan FKKMK UGM mengundang 10 sekolah untuk mendapatkan sosialisasi pengelolaan menstruasi bagi remaja putri. Ditemukan bahwa dari 75 orang yang diundang hampir 50 persen anemia. “Inilah pekerjaan rumah kita,” katanya.