Kendari, sibernas.id – Pengetahuan hisab rukyat diharapkan dapat meminimalisir perbedaan pendapat khilafiyah saat menentukan masuknya awal bulan dalam Islam, terutama saat penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Demikian diutarakan Plt. Kakanwil Kemenag Sultra diwakili Kepala Bagian Tata Usaha H Muh. Saleh, didampingi Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Binsyar Jamaludin, saat membuka secara resmi Bimbingan Teknis Peningkatan Tenaga Profesional Hisab dan Rukyat Tahun Anggaran 2023 Lingkup Kanwil Kemenag Sultra, yang berlangsung di Aula Hotel Plaza Kubra Kendari, Senin (6/3/2023).
Kegiatan ini dihadiri Anggota Bidang Kepakaran Tim Unifikasi Kalender Hijriah Badan Hisab Rukyat Kemenag RI, H Cecep Nurwendaya, Ketua Badan Hisab Rukyat DIY H Mutoha Arkanudin, Ahli Hisab Rukyat MUI Sultra Dr H Rusdin Muhalling, serta 40 orang peserta yang merupakan Kasi Bimas Islam, Kepala KUA dan operator yang mewakili kab/kota se Sultra.
Muh. Saleh menjelaskan, terdapat dua metode penetapan awal bulan dalam Islam. Pertama metode hisab, yang didasarkan pada ilmu falak dan astronomi. Kedua, ilmu rukyat melalui pemantauan atau observasi langsung datangnya awal bulan dengan menggunakan teknologi berupa teropong canggih dan sistem komputer.
“Setelah diketahui dalam hisab datangnya awal bulan, kemudian diperkuat dengan metode rukyat atau melihat langsung bulan sabit atau hilal,” terangnya.
Dirinya berharap melalui pelaksanaan Bimtek tersebut, para Kasi Bimas Islam Kemenag kab/kota yang hadir di kegiatan tersebut dan petugas pelaksana hisab rukyat di lapangan, menjadi lebih profesional dan memperkecil kesenjangan atau kesalahan pemahaman terutama dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal.
“Mudah-mudahan kita bisa mengikuti kegiatan ini dengan baik, sehingga kekurangan atau kelemahan yang biasa terjadi bisa kita hindari, serta kita perkecil ruang-ruang perbedaan diantara kita walaupun perbedaan itu tidak bisa kita pungkiri,” imbuhnya.
Menurutnya, tenaga-tenaga handal dan profesional baik hisab maupun rukyat sangat dibutuhkan. Termasuk, tenaga lapangan yang terlibat dalam pengukuran arah kiblat masjid, karena keduanya merupakan kebutuhan masyarakat. Olehnya itu, bidang Urais dan Binsyar yang konsen melakukan tugas tersebut perlu terus melakukan inovasi dan pembinaan dalam memberikan pemahaman bagi umat.
“Ikuti dengan baik Bimtek ini, sehingga kita bisa menerapkannya di lingkungan masing-masing. Perkecil perbedaan, bukan membesar-besarkan perbedaan yang kecil. Mari kita menjadi tenaga-tenaga hisab rukyat yang moderat dalam melaksanakan tugas pekerjaan kita masing-masing,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Urais dan Binsyar Jamaludin dalam laporannya menyampaikan, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan tenaga teknis hisab rukyat baik secara kualitas maupun kuantitas pada seluruh kab/kota se Sultra, sehingga pelaksanaan hisab rukyat dapat dilaksanakan secara merata di kab/kota.
“Selain itu, untuk mengkombinasikan berbagai cara dalam penentuan awal bulan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang hisab rukyat,” pungkas Jamaludin.