Pemkot Kendari Sasar Penanganan 107 Balita Beresiko Stunting

  • Bagikan
Kadis Dalduk dan KB Kendari, Jahuddin, selaku salah satu orang tua asuh bebas stunting, saat memberikan paket makanan tambahan kepada keluarga pemilik balita beresiko stunting

Kendari, Sibernas.id – Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) memfokuskan melakukan penanganan stunting untuk 107 anak atau balita berisiko stunting di daerah itu pada 2023.

“Selain 107 balita/baduta, juga dilakukan penanganan kepada 111 Ibu hamil yang masuk daftar dalam rangka penanganan angka stunting tahun 2023,” kata kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Kendari, Jahuddin, di Kendari, Kamis (20/7/23).

Dikatakan, penanganan baduta dan ibu hamil beresiko stunting tersebut dengan pola kolaborasi pelibatan berbagai elemen masyarakat melalui program Orang Tua Asuh bebas stunting.

Camat Mandonga selaku orang tua asuh memebrikan paket sembako kepada keluarga pemilik balita beresiko stunting

“Seluruh baduta dan ibu hamil tersebut sudah dibagi habis dengan orang tua asuh masing-masing yang akan membantu mereka dalam menanganan stunting.

“Salah satu caranya adalah memberikan makanan tambahan kepada balita atau ibu hamil beresiko stunting yang dilakukan oleh masing-masing orang tua asuh. Karena pola orang tua asuh untuk membantu masalah gizi buruk dan gizi kurang kepada bayi resiko stunting,” katanya.

Jahuddin yakin, bila cara itu dilakukan secara kontinyu maka penanganan stunting di Kota kendari bisa lebih maksimal sehingga target panurunan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 bisa tercapai.

Camat Poasia saat berikan paket sembako kepada keluarga pemilik balita beresiko stunting

“Target nasional penurunan prevalensi stunting sebesar 14 perseb di tahun 2024 yang juga menjadi target pemerintah Kota Kendari angka ini cukup tinggi namun sangat realistis jika dikerjakan secara kolaboratif,” katanya

Ia juga menyebutkan, Kendari sudah berhasil menekan angka stunting dari tahun 2021 sebanyak 24 pesen turun pada tahun 2022 menjadi 19,5 persen,” katanya.

Meskipun angka stunting di Kendari pada 2022 turun dari tahun sebelumnya kata dia, namun pihaknya terus berupaya menekan kasus gagal tumbuh pada anak dengan meningkatkan koordinasi tidak saja di tingkat OPD namun juga kelurahan.

Kadis Perindustrian Kendari, Ali Aksa, selaku orang tua asuh saat berikan paket sembako kepada keluarga pemilik balita beresiko stunting

Menurutnya, dari hasil penanganan pihaknya selama satu tahun ini diketahui penyebab terbesar kasus stunting di Kendari disebabkan oleh pola asuh yang salah atau tidak memberikan nutrisi yang baik pada anak.

“Anak lebih cenderung diberikan makanan cepat saji, jadi tidak memperhatikan makanan beragam dan seimbang untuk anak,” kata dia.

Oleh karena itu kata dia, Pemerintah Kendari terus melaksanakan kampanye besar-besaran guna memberikan pemahaman terhadap orang tua.

“Setelah pola asuh, faktor lain yang menjadi penyebab stunting adalah kemiskinan dan lingkungan atau sanitasi yang tidak bersih. Ini yang kami lakukan intervensi mulai dengan membantu meningkatkan ekonomi keluarga dengan memberikan modal usaha atau pekerjaan dan pengadaan renovasi rumah dan pembenahan jamban melalui dinas terkait, karena masalah stunting ini adalah masalah lintas sektor,” kata dia.(ADV)

  • Bagikan