Kendari, Sibernas.id – Kendari, Sibernas.id – Pemerintah kota (Pemkot) Kendari, Sulawesi tenggara (Sultra) optimis dapat mempertahankan kembali penghargaan tropi adipura tahun 2023.
“Dalam beberapa minggu ke depan, tim penilai pusat terkait adipura sudah akan turun kembali menilai kota Kendari. Mudah-mudahan perkembangan yang signifikan yang selama ini kita lakukan bersama–sama, penghargaan adipura bagi Kota Kendari itu bisa kita pertahankan,” kata Pj Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu saat launching Semarak Kemerdekaan dalam rangka Hut Ke 78 Kemerdekaan RI di Ruang Terbuka Publik (RTP) kali Kadia, Kelurahan Bende, Jumat (4/8/2023).
Asmawa Tosepu yang juga kepala biro umum Kemendagri mengakui mempertahankan penghargaan piala adi pura bukan hal yang mudah.
“Mempertahankan itu lebih berat dari pada merebut, tetapi hal itu merupakan tantangan bagi kita semua,” katanya.
Menurut dia, dibutuhkan komitmen semua pihak. Untuk saat ini aparat pemerintah sebagai garda terdepan atau contoh dalam aksi pembersihan, namun ke depan harus didominasi oleh keterlibatan masyarakat sebagai pelaku utama.
“Untuk itu, saya juga mohon pimpinan OPD kerahkan semua ASN nya ini kan masalah berbangsa dan bernegara, teman-teman camat dan lurah kerahkan semua aparatnya di wilayah,” ungkapnya.
Pj Wali Kota Kendari jujga meminta camat dan lurah agar melibatkan masyarakat untuk kerja bakti, khususnya pembersihan kali dan lingkungan di wilayah masing-masing secara masif.
Diketahui kota Kendari telah berhasil mengkoleksi tropi adi pura sebanyak 11 kali dan terakhir kali diraih ditahun 2022 kategori kota sedang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari, Nismawati menjelaskan, penilaian adipura kali ini, Kota Kendari dan sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara menjadi kluster pertama penilaian adipura.
Rencananya, penilaian adipura di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara akan dilakukan mulai tanggal 7 Agustus 2023.
Penilaian akan dilakukan dibeberapa lokasi seperti perumahan, jalan, pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah, terminal, pelabuhan, rumah sakit dan puskesmas, perairan terbuka dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sedangkan indikator penilaian untuk masing-masing lokasi mirip-mirip, seperti kondisi kebersihan, pemilihan sampah dan ruang terbuka hijau.
“Yang paling tinggi bobotnya dari semua ini TPA, Saat ini 85 persen sampah kita sudah tutup, dan dalam waktu dekat ini kita upayakan 100 persen tertutup, kemudian kita akan aktifkan kembali gas metan untuk rumah warga, kemudian komposter di sana juga sudah aktif,” jelasnya.
Lokasi penilaian selanjutnya, Pantai Wisata Nambo, bank sampah, fasilitas pengelolaan sampah yang dikelola secara swadaya dan pemerintah, hutan kota dan taman kota.(ADV)
